Dengan keadaan pertumbuhan ekonomi Cina yang demikian tinggi dan cepat, seperti layaknya pengusaha kaya yang sedang tumbuh dalam suatu tatanan yang relatif aman, mungkinkah Cina mengharapkan dunia yang kacau, apalagi berpotensi untuk perang nuklir?
Beralasan jika Cina tidak mau.
Cina sudah sangat lama menderita, dan bahkan seperti ditulis oleh banyak kalangan, Cina miskin dan terhina selama lebih dari 100 tahun, terutama oleh kekuatan Barat dan Jepang (Smith dan Fallon 2021).
Adalah logis kalau Cina akan mengambil kesempatan besar dalam konflik Ukraina ini.
Cina sangat diuntungkan dengan perseturuan Barat dengan Rusia, akan tetapi Cina juga tidak menginginkan konflik itu terseret ke dalam konflik regional, apalagi global, karena hal itu akan sangat merugikan Cina.
Pihak-pihak yang berharap Cina akan segera memihak Rusia, terutama karena perlakuan dan tingkah AS akhir-akhir ini, sangat kecewa melihat tingkah Cina yang sangat hati-hati dan tidak terburu-buru.
Cina tidak mau berkonflik dengan AS dalam hal Ukraina.
Cina juga sangat menginginkan keamanan dan perdamaian segera tercapai di Ukraina.
Cina bersimpati dengan Uni Eropa yang kalau terjadi konflik besar bersenjata, akan langsung terimbas.
Cina juga mustahil akan memusuhi Rusia yang telah “membantunya” menguras energi AS.
Sikap dingin dan hati-hati Cina telah mulai masuk ke fase “dewasa” untuk menjadi calon negara adikuasa abad ke 21.
Pelajaran dari Jerman 200 Tahun Lalu
Dalam beberapa hal, apa yang dihadapi oleh Cina, baik dalam menyelesaikan personal domestik dan luar negeri, pernah dialami oleh Prusia-Jerman 200 tahun sebelumnya.
Sejarah Eropa abad ke 18 dan 19, mencatat bahwa benua itu adalah kawasan yang paling berdarah di muka bumi pada saat itu.
Dalam dua abad itu semua kekuatan besar Eropa-Inggris, Perancis, Austria-Hungaria, Prusia/Jerman, Spanyol, dan Rusia terlibat dalam perang sesama yang relatif panjang.