Konflik Rusia Vs Ukraina

Kenapa China tak Bantu Rusia Invasi Ukraina dan Xi Jinping Memilih Diam? Ini Ulasan Prof Humam Hamid

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berfoto selama pertemuan mereka di Beijing, pada 4 Februari 2022.

Dan menariknya, dalam kemelut itu Jerman tampil sebagai negara kampiun tak tertandingkan, walaupun kemudian terseret dalam perang Dunia I setelah kanselir hebatnya, Bismarck pensiun.

Seperti ditulis dalan biografi Bismarck : A Life ,oleh Jonathan Steinberg ( 2011) profesor sejarah dari Universitas Pensylvania, adalah Otto van Bismarck, kanselir Pertama Jerman (1871-90) yang berhasil membawa Jerman maju dan  selamat selama 20 tahun dalam kekalutan Eropa pada masa itu.

Sejarah mencatat Bismarck sebagai pemimpin terhebat dan ahli diplomasi yang sangat ulung dalam 200 tahun terakhir.

Ia sangat hebat secara domestik, dan ia juga sangat luar biasa dalam politik luar negeri.

Ia menyatukan 39 negara-negara kecil menjadi sebuah negara besar Jerman pada tahun 1871.

Ia juga penggagas dan pemula negara kesejahteraan-welfare state, yang hari ini diadopsi di hampir seluruh dunia, termasuk dengan berbagai kartu kesehatan, pendidikan, dan subsidi lainnya yang berlaku di Indonesia.

Bismarck juga sangat terkenal dengan pendekatan “Realpolitik” yang dalam berbagai kebijakan lebih mendasari kepada kepentingan praktis, material, dan kepentingan nasional, ketimbang prinsip-prinsip moral dan ideologi.

Tidak mengherankan kadang ia juga sering dijuluki sebagai praktisi Macheaveli kelas tinggi paripurna.

Salah satu RielPolitik Bismarck yang paling terkenal adalah cara ia berinteraksi dengan kekuatan besar Eropa pada masa itu, baik yang menjadi amcaman bagi Jerman, maupun ancaman bagi negara-negara lainnya.

Jerman memenangkan perang melawan Perancis pada tahun 1871 dengan dua hasil utama, tampilnya satu Jerman yang utuh, terhapusnya dominasi Perancis di daratan Eropa.

Kemenangan itu memaksa Bismarck untuk mengisolasi Perancis, namun pada saat yang sama juga sangat berhati-hati dengan kekuatan raksasa Rusia,  kehebatan Inggris, dan tetangga Austria, yang lebih dulu hebat dari Jerman.

Adagium Bismarck hanya satu, carilah pihak yang tepat untuk menjadi kawan, dan jadikan musuh selemah mungkin.

Kemenangan Bismarck atas Perancis yang membuat banyak negara tidak nyaman, segera direspons dengan bebagai tindakan dan ucapan yang menunjukkan Jerman tidak akan memperluas kawasan.

Ia segera menjalin persahabatan dengan Rusia dan Austria- Hungary.

Bismarck dengan sangat cemerlang berhasil meyakinan kedua negara itu untuk sebuah pakta keamanan dan menjadi payung perdamaian Eropa yang dalam sejarah dikenal dengan istilah Dreikaiserbund-persekutuan Tiga Kaisar -Jerman, Austria Hungary, dan Rusia.

Ia juga bersahabat baik dengan Inggris, yang pada masa itu sangat terkenal dengan kekuatan angkatan laut di dunia.

Anehnya semua mitra Bismarck dalam banyak hal adalah rivalitas, dan saling mencurigai, dan tangan dingin Bismarck mampu menjadikan Eropa relatif aman.

Aliansi yang dibangun Bismarck melemahkan sekaligus mengunci Perancis yang telah  mendikte Eropa selama  3 abad  lebih.

Dengan payung keamanan itu pula Jerman mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dan tampil menjadi negara adikuasa pada awal abad ke 20.

Menghormati Integritas Ukraina, tak Mengutuk Invasi Rusia

Dalam konteks krisis Ukraina hari ini apakah Xi Jinping menomorsatukan ideologi komunisnya dalam berinteraksi dengan berbagai pemain yang terlibat?

Jawabannya tidak.

Cina tidak mau pertumbuhan ekonominya terganggu, tidak ingin perang nuklir, dan tidak ingin pula Cina berpihak yang secara kasat mata bersinggungan dengan norma internasional.

Posisi Cina dalam hal Ukraina cukup tegas dalam dua kata, menuruti ungkapan Menlu Wang Yi, yakni dialog dan negosiasi.

Kata itu bertebaran seperti yang ditulis dan disiarkan dalam berbagai media international (NPR, Financial Times, Nikei Asia, Wall Stree Journal, February 2022).

Ketika Resolusi PBB diadakan untuk mengutuk invasi Rusia, Cina mengambil posisi tidak mendukung dan tidak mengecam alias abstain.

Cina juga menyatakan sangat menghormati integritas wilayah negara Ukraina.

Cina juga mengeritik AS yang telah menyebabkan Rusia menginvasi, karena Barat telah mengirimkan berbagai persenjataan kepada Ukraina.

Tidak berhenti di situ, AS juga disebut Cina memberi lampu hijau kepada Ukraina untuk menjadi anggota NATO-sesuatu yang membuat Rusia sangat marah.

Cina dingin saja, dan bahkan kini menawarkan diri menjadi penengah.

Yang pasti Cina kini sedang memainkan kartu realpolitik Bismarck abad ke 19.

Kenapa demikian? Cina punya satu tujuan, pertumbuhan ekonomi, dan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dalam beberapa tahun mendatang.

Menjadi nomor satu, dan bahkan mengalahkan AS tanpa peperangan, itulah tujuan Cina.

Apa buktinya?

Semua pihak yang terlibat, baik langsung, maupun tidak langsung dalam konflik Ukraina adalah mitra ekonomi terbesar Cina, yang kalau perang berlangsung akan membuat Cina sangat terganggu.

Ambil contoh, nilai perdagangan Cina tahun 2021 cukup besar dengan Rusia-147 miliar dolar US, dan  dengan Ukraina 19 miliar dollar US.

Ekspor Cina yang lebih banyak dalam bentuk produk jadi, dan impor yang lebih didominasi oleh bahan mentah, akan menjadi parah ketika sanksi ekonomi AS terjadi dan akan sangat parah bila terjadi perang (Kennedy Maret 2022).

Tidak hanya perdagangan, investasi Cina di Rusia pada tahun 2020 mencapai angka 570 miliar dollar.

Walaupun pada tahun 2021 investasi Cina di Ukraina hanya bernilai 250 juta dollar, seandainya Ukraina damai, Cina segera akan meralisasikan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang bernilai 1 miliar dolar di Donetsk.

Bagaimana dengan Uni Eropa?

Kawasan ini juga tidak kalah penting bagi Cina.

Nilai perdagangan Cina dengan Uni Eropa pada tahun 2021 adalah 828,1 dollar US, naik 25 persen  setiap tahunnya tahun (China Daily, Februari 2022).

Bagi Uni Eropa, Cina adalah partner ekspor terbesar, sementara bagi Cina, Uni Eropa adalah partner nomor dua impor terbesar setelah AS.

Semua anggota Uni Eropa praktis terus menerus membesar nilai perdagangannya dengan Cina, dimana nomor satunya adalah Jerman.

Sementara itu, walaupun investasi Cina di Uni Eropa hanya sekitar 7,1 milyar dollar, namun investasi Uni Eropa di Cina mencapai lebih dari 154 miliar dollar pada tahun 2021 (EU 2021)

Berapa nilai perdagangan dan investasi Cina dan AS? Jawabannya adalah besar, dan bahkan kedua terbesar dalam hal perdagangan.

Nilai perdagangan AS dan Cina pada tahu 2021 mencapai angka 657 miliar dollar US, hanya kalah dengan Uni Eropa.

Sementara itu nilai investasi AS di Cina berada pada angka 173,48 miliar dollar US (Statista 2022).

Dengan melihat angka-angka ekonomi seperti itu, pilihan Cina dengan menyerukan dua kata-dialog dan negosiasi-adalah pilihan yang sangat tepat.

Sebagian tujuan Cina untuk menguras energi AS telah terpenuhi, dan bagi itu cukup sudah.

Tidak usah perang, karena jangankan perang, sanksi ekonomi ketat AS yang kali ini terbanyak pengikutnya dalam sejarah akan membuat ekonomi Cina sangat terganggu.

Cina telah mempraktekkan dengan sempurna strategi Bismarck.

Melemahkan AS dan berteman baik dengan kawan dan lawan AS secara sistematik.

Pilihan realpolitik Bismarck ala Cina lagi-lagi menempatkan kepentingan pragmatisme dan material yang didahulukan, bukan ideologi.

Seperti ditulis Alice Yan dalam koran South China Morning Post pada April 2017, Xi Jinping adalah pribadi yang lapar bacaan.

Ia membaca banyak, dan setiap waktu senggang dia membaca. Pasti dia telah membaca habis biografi Otto Van Bismarck. (BERSAMBUNG)

Disclaimer: KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis. (*)

Baca Series Lainnya

1. Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina

2. Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (II), Emosional atau Logiskah Alasan Putin?

3. Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (III), Benarkah Putin Reinkarnasi Ivan ‘Ceulaka’ the Teribble?

4. Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (IV), Georgia dan Kegagalan Barat Menjegal Putin

5. Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (V), Laboratorium Suriah Putin, untuk Ukraina?

Berita Terkini