“Begiru juga di tahun 2021 dari Rp 17,500 miliar, yang terealisasi Rp 14,390 miliar,” terang Wali Kota.
Aminullah juga menyampaikan perbandingan PDRB, Income Perkapita, Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran dan Lapangan Kerja dalam rentang waktu empat tahun terakhir menunjukkan tren positif.
Tahun 2017 Pendapatan per kapita Rp 64,21 juta per tahun, lalu naik menjadi Rp 66,46 juta tahun 2018.
Tahun 2019 pendapatan per kapita juga naik menjadi Rp 69,24 juta per tahun, 2020 Rp 73,30 juta per tahun, dan di Tahun 2021 Rp 78,16 juta per tahun.
Aminullah Usman menambahkan, tingkat kemiskinan di Kota Banda Aceh tahun 2017 pada angka 7,44 persen turun menjadi 7,25 persen pada tahun 2018.
Angkat itu turun ke 7,22 persen pada tahun 2019 dan 6,90 persen pada tahun 2020.
“Namun pandemi Covid-19 berdampak pada tingkat kemiskinan di tahun 2021, dimana persentasenya naik menjadi 7,71 persen,” jelasnya.
Wali Kota Banda Aceh itu juga menerangkan, mengenai pengangguran terbuka juga terjadi penurunan, yaitu 7,75 persen tahun 2017, kemudian 7,29 persen tahun 2018, dan 6,92 persen tahun 2019.
Tetapi angka melonjak tajam karena imbas pandemi Covid, yaitu menjadi 9,54 persen tahun 2020.
Namun tahun 2021 turun meskipun hanya pada angka menjadi 8,94 persen.
Berbagai keberhasilan pembangunan kemudian berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
“Tahun 2018, IPM berada pada angka 84.37, kemudian menjadi 85.07 tahun 2019, lalu menjadi 85,41 pada 2020, dan naik 85.71 di tahun 2021.
Dengan kenaikan yang terjadi setiap tahun itu, Banda Aceh menduduki peringkat dua nasional diantara 514 kabupaten/kota se-Indonesia,” kata Aminullah.
Untuk pertumbuhan ekonomi, kondisi tahun 2017 adalah 3,39 persen menjadi 4.
49 persen tahun 2018, lalu turun sedikit menjadi 4,13 persen tahun 2019, dan sempat berada pada angka -3,29 persen tahun 2020 karena dampak pandemi.