Jurnalisme Warga

'Semangat Merdeka', Surat Kabar Pertama di Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

T.A. SAKTI,  Pensiunan dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Gampong Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie.

OLEH T.A. SAKTI,  Pensiunan dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Gampong Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie.

SURAT Kabar Semangat Merdeka terbit pertama kali di Aceh tanggal 18 Oktober 1945, dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Diterbitkan oleh organisasi pemuda yang kemudian diberi nama Ikatan Pemuda Indonesia (IPI) yang dipimpin Ali Hasjmy selaku ketua umum.

Semboyan atau moto Semangat Merdeka ialah “Surat Kabar Pembimbing Semangat dan Penjunjung Republik Indonesia”.

Koran ini pada mulanya terbit setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Sejak 1 Desember 1945, Semangat Merdeka sudah mampu terbit setiap hari, kecuali hari Ahad.

Seingat Ali Hasjmy, pemberian nama surat kabar dengan nama “Semangat Merdeka” adalah atas usul Abdullah Arif.

Pendiri Semangat Merdeka ialah bekas pemimpin/ pengasuh surat kabar Jepang, Atjeh Sinbun.

Percetakan yang digunakan untuk mencetak Semangat Merdeka juga bekas percetakan Atjeh Sinbun.

Atas persetujuan pendirinya, tanggal 3 November 1945, Pemerintah Daerah Aceh Republik Indonesia mengambil alih penerbitan Semangat Merdeka.

Baca juga: Ribuan Pelajar Aceh Tengah Ikut Pawai HUT Kemerdekaan

Baca juga: 30 ribu Peserta Karnaval Pawai Budaya Semarakkan HUT Kemerdekaan RI di Takengon

Dewan redaksi Semangat Merdeka terdiri atas: Pemimpin Umum : Ali Hasjmy Wakil Pemimpin Umum : Amelz Staf Redaksi/Para Redaktur: Abdullah Arif, Teuku Alibasyah Talsya dan Ridwan.

Pemimpin Tata Usaha : Abu Bakar dan Syarif Alimy.

Lokasi kantor Surat Kabar Semangat Merdeka adalah belasan meter di sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

Jumlah oplah Semangat Merdeka berkisar antara 2.500-3.000 eksemplar.

Pada kesempatan ini, saya hanya mengutip beberapa rubrik surat kabar tersebut, yakni berita dalam negeri, berita luar negeri, pengumuman, dan tajuk rencana.

Berita berjudul “Negara Republik Indonesia Telah Diakui” yang dimuat Semangat Merdeka edisi Selasa, 23 Oktober 1945, mewartakan pengumuman resmi penguasa tertinggi pasukan Sekutu untuk Asia Tenggara Admiral Lord Mountbetten yang berkedudukan di Singapura.

Pengumuman itu bersisi empat poin.

Pertama, Panglima Sekutu bagi Indonesia, Jenderal Philips Christison tidak diberi kuasa untuk mencampuri urusan politik dalam negeri Indonesia.

Kedua, kepada Jenderal Philips Christison hanya diperintahkan untuk melucuti senjata tentara Jepang dan menjaga keselamatan tawanan- tawanan Sekutu di Indonesia.

Ketiga, urusan politik dalam negeri Indonesia diserahkan dan diakui keberadaannya di bawah pemerintahan Republik Indonesia, yang telah dibangun oleh rakyat Indonesia sendiri.

Keempat, bila pelucutan senjata telah selesai, urusan pemerintahan Indonesia hanya akan diawasi oleh pucuk pimpinan tentara sekutu Asia Tenggara di Singapura.

Dalam Semangat Merdeka terbitan Kamis, 25 Oktober 1945 halaman 2 dimuat berita berjudul “Uang Republik Indonesia Segera akan Dikeluarkan”.

Selain menjelaskan bahwa mata uang Republik Indonesia segera diedarkan, berita itu juga memberi tahu masyarakat tentang dilarangnya menggunakan mata uang NICA (Netherlands Indies Civil Administration) sebagai alat tukar dalam jual beli.

Berita tentang akan segera beredar mata uang sendiri negara Republik Indonesia memberi kesan bahwa Republik Indonesia benarbenar sanggup memerintah diri sendiri.

Semangat Merdeka terbitan Kamis, 1 November 1945 halaman 1 dengan kepala berita berbunyi “Van Mook Bermusyawarat dengan Presiden Kita”.

Berita itu sangat singkat, tetapi memiliki nilai politis yang amat penting sehingga dijadikan berita utama (headline) pada penerbitan hari itu.

Isi lengkap berita itu sebagai berikut, “Radio San Fransisco 30-X.

Permoesjawaratan jang telah dianggap resmi di antara Presiden Soekarno dengan van Mook telah ditentoekan dimoelai pada hari Selasa ini di Djakarta.

" Dipilihnya Jakarta yang merupakan ibu kota negara Republik Indonesia menjadi tempat berlangsungnya pertemuan itu, mengandung pengakuan tidak langsung Belanda bahwa Indonesia memang betul-betul sebuah negara merdeka.

Semangat Merdeka edisi Selasa, 27 November 1945, memuat berita utama berjudul “Rusia Simpati kepada Indonesia”.

Berita yang berasal dari siaran radio Surakarta itu menyebutkan radio Moskow dalam siaran seksi bahasa Indonesia menyiarkan pada tanggal 15 November 1945 bahwa Rusia menyatakan simpatinya terhadap perjuangan kebangsaan Indonesia dan berdoa semoga tercapai hendaknya segala maksud dan tujuan bangsa Indonesia seluruhnya.

Isi berita itu memang singkat, tetapi karena memiliki nilai cukup penting untuk menggugah rasa percaya diri bagi bangsa Indonesia yang sedang mempertahankan kemerdekaannya, maka pihak redaksi Semangat Merdeka menempatkan berita tersebut pada halaman pertama di urutan pertama pula.

Pentingnya berita itu dari segi perjuangan kebangsaan Indonesia mengandung makna, radio Moskow menyiarkan sikap simpati itu dalam bahasa Indonesia, yakni bahasa resmi negara Republik Indonesia.

Berita pemogokan mendukung Indonesia di Australia dimuat di halaman depan koran Semangat Merdeka, Sabtu, 3 November 1945.

Berita berjudul “Pemogokan Besar di Australia” melaporkan tentang aksi pemogokan di lapangan terbang Brisbane (Australia), sebagai bantahan terhadap tindakan Belanda yang masih berniat jahat kepada bangsa Indonesia.

Hal ini berarti bangsa kulit putih pun mendukung Indonesia merdeka.

Surat Kabar New York Time yang terbit di Amerika Serikat ikut menyebarkan tentang kekuatan pertahananan bangsa Indonesia menentang Belanda.

Berita surat kabar tersebut yang disiarkan kembali oleh radio Amerika dan dimuat dalam Semangat Merdeka, Kamis, 20 Desember 1945 dengan judul “Benteng Pertahanan Indonesia Amat Kuat”, mengandung nilai psikologis besar bagi upaya memupuk rasa percaya pada kekuatan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang telah merdeka.

Pernyataan sikap para ulama seluruh daerah Aceh tentang perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, telah dimuat Semangat Merdeka hari Kamis, 29 November 1945.

Atas nama ulama seluruh Aceh, empat ulama terkemuka masa itu, yakni Tgk Haji Hasan Krueng Kale, Tgk Haji Dja’far Sidik Lamjabat, Tgk Muhammad Daud Beureueh dan Tgk Haji Ahmad Hasballah Indrapuri menegaskan bahwa perang menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia adalah perjuangan suci yang disebut Perang Sabil.

Bagi rakyat daerah Aceh, pernyataan keempat ulama karismatik itu bisa menggelorakan semangat jihad karena para ulama itu telah memberi fatwa bahwa perang kemerdekaan yang sedang dihadapi saat itu adalah Perang Sabil (Perang di jalan Allah).

Suara surat kabar Tajuk rencana atau editorial merupakan suara media yang bersangkutan terhadap suatu masalah.

Surat Kabar Semangat Merdeka baru memiliki kolom khusus Tajuk Rencana pada 17 November 1945.

Pada tanggal 17 November 1945, Semangat Merdeka memuat tajuk rencana berjudul “Tiga Bulan Indonesia Merdeka”.

Bagian awal tajuk menjelaskan tentang tantangan yang sedang dihadapi Indonesia, sedangkan di bagian akhir memaparkan harapan-harapan yang bakal dicapai bangsa Indonesia.

Dijelaskan, dalam usia Republik Indonesia yang baru tiga bulan, hanya satu syarat yang belum dimiliki Republik Indonesia dari empat syarat penting bagi sebuah negara merdeka.

Syarat dimaksud ialah pengakuan dari luar negeri.

Ketiga syarat lain telah digenggam Indonesia, yaitu wilayah negara, rakyat, dan pemerintah.

Untuk memperoleh pengakuan luar negeri, tajuk itu menyerukan agar cita-cita perjuangan bangsa jangan bergeser arahnya seperti semula.

Tajuk rencana itu mencontohkan tindakan Presiden Soekarno yang bijaksana menghadapi suasana ini dengan tenang, tanpa melakukan suatu tindakan yang makin memperburuk keadaan.

Sungguh sebuah editorial yang bernas dan berkelas.

Baca juga: Nyalakan Nasionalisme, Berikut 3 Rekomendasi Film Bertema Kemerdekaan

Baca juga: Makna Sebuah Kemerdekaan

Berita Terkini