Tun mungkin melihat hubungan Malaysia dengan Indonesia pada masa ada Tun Mahathir, Tun Daim dan Tan Sri Sanusi Junid itukan hubungannya bagus sekali. Kemudian hubungan tersebut sedikit demi sedikit renggang dan sekarang kelihatannya kurang harmonis. Bagaimana ini seharusnya ditangani kalau ada kerenggangan hubungan ini?
Pada masa dulu, Sanusi dan saya kenal menteri-menteri di Indonesia, kita kenal sebagai sahabat. Kita selalu berkomunikasi baik melalui telepon ataupun dengan makan bersama secara informal. Kami datang ke sana, kemudian mereka datang ke sini. Jadi kalau ada masalah kami terus telepon saja sebagai seorang sahabat. Alhamdulillah, semua masalah bisa kami selesaikan dengan baik.
Akan tetapi bila Tun Mahathir pensiun, kelihatannya hubungan ini sedikit renggang, padahal sebenarnya antara Indonesia dan Malaysia tidak boleh berpisah. Jadi saya merasa sedih jika hubungan kedua negara ini tidak rapat. Padahal jika Indoneia dan Malaysia rapat hubungannya maka secara otomatis ASEAN pun akan kuat.
Banyak keturunan Aceh yang sukses di Malaysia. Sejauh yang Tun tahu apakah orang-orang Aceh di sini ada memikirkan untuk ikut memajukan Aceh lagi?
Itu terpulang pada mereka masing-masing. Cuma yang saya amati di sini, orang Aceh memiliki kelebihan. Ada kawasan-kawasan di mana orang Melayu tidak boleh masuk, orang Aceh boleh masuk. Jadi melihat hal ini, saya yakin orang Aceh boleh memajukan daerah mereka.
Salah satu caranya ialah dengan mengekspor produk-produk pertanian, perikanan dan penternakan Aceh ke pasaran di luar Aceh, ke pasaran internasional. Tentu hal ini akan memberikan kontribusi yang besar bagi ekonomi Aceh. Untuk mampu melakukan ini sudah tentu perlu kepada berbagai kepakaran.
Apa kira-kira sifat yang dimiliki oleh tokoh-tokoh Aceh seperti halnya Tan Sri Hanafiah Hussain dan Tan Sri Sanusi Junid, yang membuat mereka berjaya yang mungkin bisa kami ikuti dan amalkan?
Saya nampak mereka lebih rajin, mereka bercita-cita tinggi, memiliki ambisi besar untuk berhasil.
Ambisi ini memang penting sekali dalam hidup kita, apa yang kita mahukan, mahu jadi pengacara, doktor ataupun pengusaha? Saya sendiri awalnya adalah pengacara, tapi masa itu, profesi ini lambat bagi mendapatkan pendapatan yang besar. Kalau mahu yang lebih cepat mestilah perniagaan. Oleh karena itulah saya berhenti menjadi pengacara dan mulai berniaga.
Intinya kita harus tahu apa yang kita mahu, atau dengan kata lain mindset harus ada. Kalau mahu jadi doktor, jadilah doktor yang nomor satu. Kalau nak berniaga pun kita harus menjadi nomor satu di bidang perniagaan itu. Kalau jadi wartawan, jadilah wartawan nomor satu. Kalau kita berjaya, orang akan iktiraf (mengakuinya).
Mindset untuk berhasil ini sangat penting. Kalau kita gagal, belajarlah dari kegagalan itu, jangan ulangi kegagalan yang sama. Keberhasilan akan membawa kepada keberhasilan yang berikutnya. Bila bapak berjaya, anak biasanya juga mau berjaya ikut jejak bapak dia. Jadi kita mesti menciptakan keberhasilan demi keberhasilan yang akan menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk meraih keberhasilan juga.
Untuk meraih keberhasilan ini kita juga harus berani, jangan takut untuk berkompetisi secara sehat. Hanya saja kita perlu senantiasa untuk belajar, senantiasa membaca, kita juga harus mengaplikasikan apa yang kita baca itu untuk meraih kejayaan. Kalau ada hal yang kita tidak tahu maka jangan segan-segan untuk bertanya pada orang yang tahu.(*)
Baca juga: Pengusaha Aceh Harap Rute Penerbangan Aceh ke Malaysia Dibuka Kembali