Jadi lama saya sudah kenal orang Aceh, saya juga banyak baca sejarah tentang Aceh. Saya kagum dengan semangat yang dimiliki oleh orang Aceh sejak dulu, semangat orang Aceh memang luar biasa.
Jadi ketika tsunami datang saya pun tergerak hati untuk membantu orang Aceh. Saya juga membantu karena melihat model pendidikan di Aceh dalam bentuk pesantren moderen yang menggabungkan pendidikan agama dan umum ini sangat baik, karena ia memberikan keseimbangan untuk meraih kejayaan di dunia dan di akhirat.
Bagi saya ini sangat baik karena memang sudah sewajarnyalah kita harus berusaha untuk berjaya di dunia dan akhirat. Kalau kita hanya berfikir untuk berjaya di akhirat saja, maka di dunia kita hanya akan selalu tertinggal dan menjadi mangsa (korban) yang disebabkan oleh kemiskinan.
Baca juga: Koperasi Aceh di Malaysia Buka Toko Grosir Pertama, Berlokasi di Klang Selangor
Baca juga: Dua Alquran Berusia 600 Tahun dan Dinar Emas di Kampung Aceh Malaysia Selamat dalam Banjir Bandang
Beberapa waktu lalu, Tun Daim datang ke Aceh, bagaimana hasilnya dan bagaimana kelanjutan dari kunjungan itu?
Saya datang nak berbincang. Kalau boleh berbincang dengan Gubernur Aceh dan pihak terkait lainnya tentang bagaimana saya boleh bagi pandangan untuk meningkatkan ekonomi Aceh. Aceh memang banyak potensi dan kaya dengan berbagai aset yang telah Allah anugerahkan untuk bumi Aceh.
Jadi saya ingin memberi pandangan bagaimana produk-produk dari Aceh bisa diekspor ke luar negara. Di Port Klang ada satu jeti yang khusus telah bersedia untuk menampung semua barang-barang terutama produk pertanian dan perikanan yang dibawa dari Aceh untuk dipasarkan di Malaysia dan ke berbagai negara lain. Saya telah melihat sendiri jeti ini bersama dengan Datuk Mansyur dan beberapa peniaga Aceh yang lain.
Di sini, berdasarkan informasi yang saya terima, orang Aceh lebih kurang ada sekitar 600 ribu orang, kedai yang dimiliki dan diusahakan oleh orang Aceh ada sekitar 25 ribu kedai semuanya. Jadi ini adalah potensi yang besar untuk melakukan usaha sama antara Aceh dan Malaysia untuk membangunkan negara dan daerah masing-masing.
Kerja sama yang rapat juga perlu dilakukan dengan orang Melayu khususnya dalam bidang ekonomi karena kelemahan orang Melayu adalah dalam bidang ekonomi.
Padahal di satu sisi kita pun heran melihat kalau orang Melayu boleh menjadi doktor, insinyur dan beragam kepakaran lainnya, kenapa dalam berniaga tak boleh? Kalau orang lain boleh buat, sebab apa orang Melayu tak boleh buat pula, tak boleh berjaya pula?
Jika orang lain boleh buat, kenapa pula kita tak boleh buat? Kena ada minat yang kuat, mesti tumpu perhatian pada bidang yang kita minati itu. Insya Allah boleh berjaya. Jadi kita mahu dari kecil mendidik anak-anak muda kita, anak-anak muda Aceh bahwa mereka harus berjaya dalam bidang dan spesialisasi yang mereka mahu. Didik mereka untuk memberikan fokus dan konsentrasi pada bidang yang mereka minati itu sehinggalah mereka berjaya dan menjadi pakar yang ulung di bidang tersebut.
Kita juga perlu tanamkan pada diri mereka bahwa masa atau waktu itu penting. Ini seperti Firman Allah dalam Surat Al-Asr. Oleh karena masa itu sangat penting, maka jangan sampai kita menyia-nyiakan setiap detik, setiap waktu yang kita miliki itu. Masa itu tidak akan menunggu kita. Jika sudah sampai ajal, maka kita pun akan meninggal. Nah, sebelum meninggal itu apa yang kita buat untuk mengisi masa yang masih kita miliki.
Perkara lain yang perlu kita lakukan juga adalah untuk membaca sesuai dengan perintah Allah yang diturunkan di dalam Alquran iaitu perintah Iqra’.
Oleh itulah saya nak bagaimana anak-anak muda Aceh boleh berjaya di dunia dan di akhirat. Saya optimis orang Aceh ini boleh berjaya asalkan sejak kecil dan sejak masa sekolah mereka sudah mendapatkan tanamkan dalam jiwa mereka keinginan untuk meraih kejayaan.
Baca juga: Cara Relawan SUBA Bantu Warga Aceh di Malaysia, ‘Seudeukah Ureung Saket, Seudeukah Ureung Saket’
Baca juga: VIDEO Raudhatul Munawwarah, Komunitas Pengajian Perempuan Aceh di Malaysia
Sewaktu Tan Sri Sanusi masih ada, Tun bisa mengenal Aceh lebih dekat. Nah sekarang sepeninggal Tan Sri, hubungan Tun dengan orang Aceh bagaimana?
Hubungan saya baik dan rapat. Sekarang saya mengenal Datuk Mansyur Usman dan lain-lain. Saya sudah lama tak jumpa Dato’ Feisol, dia pun umur macam saya lah. Rasanya lebih tua satu tahun daripada saya.