Sudan Mencekam, Tentara dan Pasukan Paramiliter Bentrok Berebut Kekuasaan, 25 Orang Tewas

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada 15 April 2023, di tengah bentrokan di ibu kota Sudan. Ledakan mengguncang ibu kota Sudan pada 15 April ketika paramiliter dan tentara reguler saling menyerang pangkalan satu sama lain, beberapa hari setelah tentara memperingatkan negara itu berada pada titik balik yang berbahaya.

SERAMBINEWS.COM - Sudan dalam keadaan mencekam saat tentara dan pasukan paramiliter bentrok untuk memperebutkan kekuasaan di negara tersebut.

Pada Minggu (16/4/2023), militer Sudan melancarkan serangan udara di pangkalan pasukan paramiliter di Kota Omdurman, wilayah yang dekat dengan ibu kota negara, Khartoum.

Pertempuran antara militer Sudan dengan pasukan paramiliter bernama Rapid Support Forces (RSF) meletus sejak Sabtu (15/4/2023).

Pertempuran tersebut mengancam upaya transisi ke pemerintahan sipil, sebagaimana dilansir Reuters.

Pada Minggu dini hari, sejumlah saksi mata mendengar suara artileri berat berdentuman Khartoum, Omdurman, dan Bahri.

Sejumlah saksi mata juga mendengar suara dentuman di Port Sudan, sebuah kota di dekat Laut Merah.

Persatuan Dokter Sudan sebelumnya melaporkan bahwa sedikitnya 25 orang tewas dan 183 luka-luka dalam pertempuran antara militer Sudan dengan RSF.

Baca juga: 14 Orang Tewas akibat Bentrokan Antar Suku Meletus di Darfur Sudan


 Para korban tewas berasal dari sejumlah tempat seperti di bandara Khartoum, Omdurman, Nyala, El Obeid, dan El Fasher.

RSF sendiri mengeklaim telah menduduki istana kepresidenan, kediaman panglima militer, stasiun televisi negara, bandara di Khartoum, Kota Merowe, Kota El Fasher, dan negara bagian Darfur Barat.

Klaim pasukan paramiliter RSF tersebut dinatah tentara Sudan.

 
Tembakan dan ledakan terdengar di seluruh ibu kota. 

Stasiun televisi menyiarkan asap mengepul dari beberapa distrik.

Sejumlah video yang beredar di media sosial menunjukkan jet militer terbang rendah di atas Khartoum. 

Salah satu dari jet tersebut tampaknya menembakkan rudal.

Seorang jurnalis Reuters melihat meriam dan kendaraan lapis baja di jalanan dan mendengar tembakan senjata berat di dekat markas tentara dan RSF.

Kepala Militer Sudan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa RSF harus mundur.

“Kami pikir jika mereka bijak, mereka akan mengembalikan pasukan mereka yang datang ke Khartoum. Tetapi jika terus berlanjut, kami harus mengerahkan pasukan ke Khartoum dari daerah lain,” ucap Burhan.

Baca juga: AS Akan Segera Mengusir Grup Wagner, Tentara Bayaran Rusia dari Sudan dan Libya, Ini Dalihnya

Angkatan bersenjata mengatakan, pihaknya tidak akan bernegosiasi dengan RSF kecuali pasukan paramiliter tersebut dibubarkan.

Di sisi lain, Pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal sebagai Hemedti, menyebut Burhan sebagai penjahat dan pembohong.

Militer dan RSF, yang menurut para analis berkekuatan 100.000 personel, telah bersaing memperebutkan kekuasaan ketika faksi-faksi politik bernegosiasi untuk membentuk pemerintahan transisi sipil setelah kudeta militer tahun 2021.

“Kami tahu di mana Anda bersembunyi dan kami akan menangkap Anda dan menyerahkan Anda ke pengadilan, atau Anda mati seperti anjing lainnya,” kata Hemedti.

Konfrontasi yang berkepanjangan dapat menjerumuskan Sudan ke dalam konflik yang meluas bahkan perang saudara.

Di satu sisi, Sudan tengah dilumat dengan kehancuran ekonomi dan kekerasan antarsejumlah suku.

 

 

Kepala RSF Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal sebagai Hemedti, menyebut Jenderal al Burhan "penjahat" dan menuduh pasukannya melakukan kudeta.

Selama pertempuran, jet tempur terlihat di atas kota.

Dua maskapai besar, maskapai Saudi milik negara Saudia dan Egyptair Mesir, menangguhkan penerbangan masuk dan keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Sebuah pesawat Saudia yang bersiap lepas landas dari bandara Khartoum diserang selama bentrokan.

Video beredar di media sosial menunjukkan pesawat terbakar di landasan.

Warga berdiam di rumah mereka saat asap hitam dari tembakan senjata berat menutupi area ibu kota.

Warga sipil yang terluka mulai berdatangan ke rumah sakit.

Orang-orang menggambarkan suasana kacau di Khartoum dan kota kembarnya Omdurman, di mana tembakan terdengar di lingkungan padat penduduk.

"Api dan ledakan ada di mana-mana," kata Amal Mohamed, seorang dokter di rumah sakit umum di Omdurman.

"Semua berlari dan mencari perlindungan."

"Khartoum telah menjadi medan pertempuran," kata Tahani Abass, seorang advokat hak asasi manusia terkemuka Sudan yang tinggal dekat dengan markas besar militer.

"Situasinya sangat mengerikan, dan kami tidak tahu kapan akan berakhir."

'Perang saudara habis-habisan'

Yassir Abdullah, redaktur pelaksana surat kabar Al-Sudani, memperingatkan Sudan sedang menuju "perang saudara habis-habisan".

"Ini sangat serius," katanya.

"Jika tidak ada intervensi dari pimpinan Angkatan Bersenjata untuk menghentikan pertempuran, kita menuju perang saudara habis-habisan.

"Ini merupakan ancaman bagi stabilitas negara secara keseluruhan."

"Tidak ada pemenang di sini."

Isma'il Kushkush, seorang jurnalis independen di Khartoum, mengatakan kepada Sky News bahwa konflik tersebut adalah "skenario terburuk" - terutama jika, seperti yang ditakuti banyak orang, hal itu menandakan dimulainya perang saudara.

Dia mengatakan sebagian besar orang menaati peringatan untuk tetap di dalam karena suara tembakan keras mendominasi kota.

"Tidak ada orang di jalanan," katanya.

Baca juga: Pj Bupati Aceh Utara Serahkan 10 Bantuan Rumah dan 283 Paket Sembako untuk Petugas Kebersihan

Baca juga: Prajurit TNI Arhanud Makassar Meninggal, Ada Bekas Lebam, Keluarga Duga Korban Dianiaya Senior

Baca juga: 3 Sosok Ini Berperan Penting Urus Yusniati, Mahasiswi Asal Subulussalam yang Meninggal di Kairo

Kompas.com: Sudan Mencekam, Tentara dan Pasukan Paramiliter Bentrok Berebut Kekuasaan, 25 Tewas

Berita Terkini