Bayi di Gresik Meninggal Usai dengar Petasan, Ini 5 Alasan Kenapa Petasan Berbahaya untuk Kesehatan
SERAMBINEWS.COM - Seorang bayi di Gresik meninggal dunia usai mendengar suara petasan yang dinyalakan oleh tetangganya.
Dikutip dari Tribun Jatim, bayi berusia 38 hari meninggal dunia diduga usai mendengar suara petasan di hari raya Idul Fitri.
Korban mengalami koma dan dinyatakan meninggal pada Kamis (27/4/2023) usai menjalani perawatan di RS Muhammadiyah Lamongan.
Melihat kejadian ini, mengapa petasan berbahaya untuk kesehatan hingga membuat seorang balita meninggal dunia?
Meskipun menyenangkan untuk dimainkan dan dilihat, petasan bisa memberikan efek buruk untuk kesehatan.
Tentunya efek buruk ini tak hanya untuk orang dewasa saja tetapi juga pada bayi.
Baca juga: Kaget Dengar Petasan, Bayi 38 Hari Kejang-kejang hingga Akhirnya Meninggal, Pembuluh Darah Pecah
Asap petasan yang terhirup bisa memicu gangguan pernapasan, bahkan bisa menyebabkan serangan jantung pada mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Selain berbahaya untuk pernapasan, petasan juga akan memberikan efek negatif pada pendengaran, penglihatan, hingga memicu gangguan tenggorokan.
Untuk lebih jelasnya, ketahui alasan kenapa petasan berbahaya untuk kesehatan berikut ini.
Alasan kenapa petasan berbahaya untuk kesehatan
Dikutip dari Kompas.com, berikut adalah beberapa alasan kenapa petasan berbahaya untuk kesehatan yang perlu diketahui.
- Meningkatkan risiko gangguan pernapasan
Dilansir dari Republic of the Philippines Department of Health, petasan yang dinyalakan meningkatkan level polutan berbahaya (SPM), karbon monoksida (CO), NOx, hidrokarbon, dan sulfur dioksida (SO2) di dalam udara meningkat.
Paparan terhadap udara yang sudah tercemar tersebut akan membahayakan untuk kesehatan, khususnya pada ibu hamil, anak-anak, serta orang-orang yang memiliki riwayat penyakit asma.
Baca juga: Polres Sabang Tertibkan Penjual Kembang Api dan Petasan, Ganggu Kamtibmas dam Kekhusyukan Ramadhan
Sedangkan menurut Wisconsin Department of Natural Resources, paparan terhadap asap petasan dalam jangka pendek dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru, asma dan bronkitis akut, serta infeksi pernapasan.
Paparan asap petasan dalam jangka pendek pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit jantung bisa memicu terjadinya serangan jantung dan aritmia atau gangguan irama jantung.
- Meningkatkan risiko gangguan pendengaran
Petasan memiliki suara yang sangat keras dan terkadang melebihi 140 desibel (dB).
Padahal, suara dengan kekuatan melebihi 85 dB bisa merusak pendengaran.
Kondisi ini kemudian akan meningkatkan risiko kecemasan, gangguan pendengaran yang bersifat sementara atau permanen, tekanan darah tinggi, dan gangguan tidur.
- Meningkatkan risiko terkena luka bakar
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, menyalakan petasan bisa meningkatkan risiko terkena luka bakar, khususnya pada area jari, tangan, dan kaki.
Petasan memiliki temperatur yang sangat tinggi, bahkan hingga 15 kali lebih panas dari air yang mendidih.
Baca juga: Polres Sabang Tertibkan Penjual Kembang Api dan Petasan, Ganggu Kamtibmas dam Kekhusyukan Ramadhan
Beberapa orang hanya akan mengalami luka bakar minor yang bisa diatasi dengan menggunakan salep dan umumnya akan membaik dalam beberapa hari.
Namun, banyak juga ditemui korban yang mengalami luka bakar yang cukup parah sehingga menyebabkan luka permanen pada beberapa bagian tubuh, bahkan hingga menyebabkan kematian.
- Meningkatkan risiko gangguan penglihatan
Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), petasan bisa memicu kerusakan pada bola mata, abrasi kornea, dan ablasio retina.
Kondisi ini kemudian bisa merusak penglihatan secara permanen dan meningkatkan risiko kebutaan.
- Mengganggu kesehatan mental
Selain membahayakan kondisi fisik, petasan yang dinyalakan juga bisa berakibat negatif terhadap kesehatan mental.
Dilansir dari Prevention, suara yang disebabkan oleh petasan bisa sangat mengejutkan sehingga memicu serangan cemas pada beberapa orang.
Suara tersebut mirip dengan suara tembakan sehingga membuat penderita merasa bahwa keselamatannya terancam.
Suara petasan juga akan memicu gangguan tidur, khususnya ketika petasan dinyalakan pada malam hari.
Mengingat alasan kenapa petasan berbahaya untuk kesehatan tersebut, Anda perlu melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan, seperti menggunakan pelindung tangan atau wajah, ketika menyalakan petasan.
Hindari juga memberikan petasan pada anak-anak, dan sebisa mungkin tidak menyalakan petasan di dekat anak-anak atau kelompok berisiko.
Anda juga diimbau untuk segera mencari bantuan medis ketika mengalami gangguan kesehatan tertentu efek petasan, sehingga bisa segera diberikan pertolongan medis yang tepat.
Diberitakan sebelumnya, bayi berusia 38 hari meninggal dunia diduga usai mendengar suara petasan di hari raya Idul Fitri. Korban mengalami koma dan dinyatakan meninggal pada Kamis (27/4/2023) usai menjalani perawatan di RS Muhammadiyah Lamongan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, korban saat kejadian pada Sabtu (22/4/2023) sedang tidur di kamar setelah salat isya Korban berinisial N berusia 38 hari. Lahir dua hari sebelum bulan Ramadan.
Saat itu tetangga korban berinisal T diperkirakan usia 45 tahun menyalakan petasan ukuran besar. Jaraknya, dua rumah dari kediaman korban di gang barat Desa Jatirembe, Kecamatan Benjeng, Gresik. Suara petasan sangat keras. Bayi N langsung kejang.
"Mata sebelah kanan tidak bisa melek, sama lidahnya ke atas tidak bisa dikasih minum," ujar Nufus, perwakilan keluarga korban.
Anak kedua dari pasangan Nur Hasim 34 Nur Faizah 28 langsung dilarikan ke klinik karena tutup akhirnya di bawa ke bidan. Kemudian dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya parah.
Kemudian hari selasa dibawa ke rumah sakit di Jalan Wahidin Sudirohusodo kemudian penambahan darah trombosit. Karena tidak ada ventilator akhirnya dirujuk ke RS Muhammadiyah Lamongan pada Rabu siang, masuk ruang ICU sudah koma.
"CT scan pembuluh darahnya pecah dikira ada benturan. Kaget suara mercon sampai pembuluh darahnya pecah. Kejang nafas berbunyi krok-krok," ujarnya.
Nufus mengatakan, saat kejadian hingga dibawa ke rumah sakit, bayi tersebut selalu digendong kedua orang tuanya. Tidak ada benturan usai terdengar suara mercon.
Kondisi bayi saat lahir berat badannya 2,9 kilogram kemudian saat meninggal berat badannya 3,2 kilogram.
Saat kejarian, suara petasan yang keras abunya masuk rumah. Korban telah dimakamkan pada hari ini.
"Sudah lapor pak RT, pihak pelaku tidak kunjung minta maaf. Besok kami akan lapor polisi," pungkasnya.
Bakal lapor polisi
Sementara itu, selama N menjalani perawatan hingga meninggal dunia, pihak keluarga T tidak ada itikad baik. Mulai dari menjenguk bahkan melayat.
"Besok pagi kami laporkan ke polisi," ujar Nufus, perwakilan keluarga korban, Kamis (27/4/2023).
Suasana rumah duka menyelimuti keluarga bayi malang tersebut. Sang ayah berada di dalam kamar. Sang ibu berusaha ditenangkan sanak famili. Kepergian N begitu cepat.
Nufus mengatakan, T bukan sekali dua kali menyalakan petasan. Tetangga yang memiliki balita sampai diungsikan karena T yang usianya hampir setengah abad itu menyalakan petasan berukuran besar. Hingga akhirnya petasan berukuran besar dinyalakan dan meledak di atas rumah korban. Suara ledakan itu membuat bayi N berusia 38 hari kejang-kejang.
"Tidak ada itikad baik sama sekali. Sampai keponakan saya meninggal tidak ada permintaan maaf atau tanggung jawab," pungkas dara berusia 22 tahun ini.
Sebelumnyam kasus petasan yang memakan korban juga terjadi di tempat lain.
Sebuah rumah berlantai dua di Desa Wayut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, diamuk si jago merah,Rabu (19/4/2023).
Diketahui bangunan tersebut digunakan sebagai tempat usaha Wedding Organizer.
Satpol PP dan Damkar Kabupaten Madiun berusaha menghimbau masyarakat, yang sedang menonton langsung kejadian tersebut supaya segera minggir serta tidak memenuhi badan jalan.
Dengan susah payah petugas mengulurkan selang dari mobil damkar, untuk menjinakkan kobaran api dari segala arah. Mulai dari bagian depan hingga lantai 2.
Salah satu kerabat korban Darsono menuturkan, awal mula api datang dari salah satu kamar adiknya.
Istri Darsono mengira suara ledakan berasal dari tetangga yang sedang menyalakan petasan.
"Begitu diperiksa ternyata api sudah membesar, akhirnya merambat di rumah belakang dulu, kemudian merambat bagian depan. Kebetulan di bagian depan ada banyak properti kain," tuturnya.
Banyaknya properti kain itu, lanjut Darsono, membuat jilatan api semakin besar.
Saat kebakaran kondisi rumah sedang kosong. Hanya saja, selain properti kain, surat surat penting juga ikut ludes terbakar.
"Rumah ini dihuni sama adik saya dan istrinya. Mereka sedang keluar, tidak ada korban jiwa. Api bersumber dari kamar adik. Disamping itu rumah ini jadi tempat usaha wedding organizer," terangnya.
Di tempat yang sama Kasi Penanganan Pelayanan Bencana Kebakaran Satpol pp dan Damkar Kabupaten Madiun Sumardi, menjelaskan, pihaknya menerima laporan masuk jam 20.34 WIB.
"Yang terbakar ruangan tengah, kamar dan ruangan atas. Penghuni sedang tarawih, belum pulang. Tidak ada korban jiwa," jelasnya.
Sumardi menyebut, setidaknya 3 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan guna memadamkan kobaran api.
"Dugaan sementara korsleting listrik. Saat ini kami melakukan pembasahan dan memastikan tidak ada titik api di dalam rumah," pungkasnya.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)