“Kenapa bisa lebih murah, karena mereka hanya menggunakan tiga parameter, sedangkan kami enam parameter,” kata dia.
Enam paramater yang dipakai RSUD Muda Sedia ini sendiri, diakui Andika Putra, belum sepenuhnya memenuhi standar.
“Standarnya itu tujuh hingga 10 parameter. Nah apakah tiga parameter ini bisa dianggap standar,” tanya dia.
Andika menambahkan, tiga parameter yang dipakai daerah lain tidak mencakup pemeriksaan met amphetamine.
Padahal zat ini terkandung pada sabu-sabu yang merupakan jenis narkotika yang paling tinggi di Indonesia.
“Tujuan tes ini apa, kan untuk menjaring pemakai narkoba. Saya khawatir kalau met amphetamine tidak dimasukkan ke dalam parameter, banyak pengguna sabu-sabu yang lolos,” ungkapnya.
Andika juga mengungkapkan, tarif tes kejiwaan di RSUD Muda Sedia lebih murah dibanding daerah lain. Tes ini, kata dia, terbagi dua jenis, MMPI (tertulis) dan wawancara.
Di daerah lain, MMPI dikenakan tarif Rp 500 ribu, dan wawancara Rp 300 ribu.
Sementara tarif MMPI di RSUD Muda Sedia hanya Rp 300 ribu, sementara wawancara Rp 165 ribu.
“Daerah lain banyak yang tidak menerapkan MMPI, makanya bisa murah,” kata dia.
Andika mengaku sengaja menerapkan prosedur ketat dalam pemeriksaan tes kesehatan dan kejiwaan.
Tujuannya tak lain ingin menjaring legislatif yang sehat dan bersih narkoba.(*)