Tangis Pilu Buruh Tani Lulus Bintara Polisi, Sedih Lihat Teman Diantar Ayah: Andai Bapak Masih Ada

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangis buruh tani sukses lulus jadi bintara polisi, menangis ingat mendiang ayah

Setiap kali menjadi buruh angkut, ia mendapatkan upah Rp 50 ribu.

"Sampai sekarang masih ada itu celenganku, dari toples wafer.

Pulang angkat jagung biasa dapat Rp 50 ribu," ujar Wawan, dilansir dari Tribunmakassar.com.

Timggal menunggu waktu, Hikmawansa bakal segera dilantik sebagai polisi (Instagram @polisi_indonesia)


Hasil tabungan dari celengan toples wafer itu, pun dibuka Wawan saat mendaftar sebagai calon Anggota Polri.

Hasil tabungannya itu digunakan demi biaya operasional saat mengurus berkas pendaftaran.

"Alhamdulillah pas saya buka waktu mau mendaftar ada Rp 2 juta lebih isinya, itulah yang saya pakai untuk urus-urus berkas," ucapnya.

Di tengah kesederhanaannya, Wawan harus berjuang hidup gigih dan tekun setelah sang ayah meninggal dunia saat ia masih berusia 9 tahun.

Meski ditinggal sang ayah saat masih SD, tidak menyurutkan niat Wawan untuk menggapai cita-citanya.

Kebetuhan keluarga pun banyak dibantu oleh pendapatan dari sang kakak.

Kepergian sang ayah kala itu membuatnya sedih saat pertama kali menginjakkan kaki di SPN Batua.

Wawan kerap mengenang ayahnya yang menjadi idola hidupnya saat masuk ke sekolah kedinasan.

Di saat siswa lain diantar sang ayah, Wawan harus tegar masuk sekolah kedinasan tanpa sang ayah.

Hikmawansa menangis ingat mendiang ayahnya (Instagram @polisi_indonesia)


"Saat itu, saya menangis karena (siswa) yang lain diantar sama bapaknya waktu pertama masuk di sini (SPN), sementara saya hanya ditemani kakak," ucap Wawan.

Sebelum beranjak kembali ke barak SPN Batua, Wawan menyempatkan diri berziarah ke makam ayahnya, Nawir Dg Nai.

Di depan pusara sang ayah, Wawan berurai air mata memanjat doa terbaik untuknya.

Halaman
123

Berita Terkini