Ir. Soekarno bertindak sebagai kepala Negara NKRI, sementara Natsir bertindak sebagai kepala pemerintahan NKRI.
Natsir yang bertindak sebagai Perdana Menteri dalam kabinet barunya ini, hanya berkuasa selama 8 bulan (6 September 1950- 27 April 1951), sama lamanya seperti usia Provinsi Aceh, 8 bulan lamanya, (26 Desember 1949- 14 Agustus 1950).
Baca juga: Pusat Studi Kebangsaan dan Pancasila Tepis Pernyataan Prof Humam Soal Soekarno Hapus Provinsi Aceh
Kabinet Natsir ini, diisi oleh orang-orang Masyumi bersama-sama dengan PNI, meskipun dalam pembentukannya, orang-orang dari PNI tidak dilibatkan di dalamnya.
Hal tersebut menjadi penyebab PNI menjadi oposisi bersama PKI dan partai Murba.
PNI, PKI dan Murba menjadi partai penentang Masyumi secara terbuka di parlemen dan nonparlemen.
Setelah mendapat oposisi dari PNI, PKI dan Murba sebagai partai pesaing pada waktu itu, Masyumi dalam kabinet barunya ini, menempatkan Mr. Assat sebagai Menteri Dalam Negeri, yang secara kebetulan tidak memiliki hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh di daerah saat dirinya menjabat sebagai Presiden RI.
Natsir sebagai tokoh Masyumi memiliki basis massa yang banyak di Aceh, hubungannya dengan Tgk. Muhammad Daud Bereu’eh sangat dekat dan sudah terbangun sejak lama sekali.
Lagi pula kedua kedua tokoh ini sama- sama berlabuh di Partai Masyumi, dan sama sama dibekengi oleh ulama PUSA.
Namun masalahnya adalah, Natsir mewarisi warisan dari kabinet sebelumnya, yaitu pembubaran Provinsi Aceh oleh Mr. Assat.
Sementara Assat dalam kabinet pemerintahan barunya ini menduduki jabatan sebagai Mendagri (Menteri Dalam Negeri).
Maka bagi Natsir, pemerintahannya ini ibarat buah simalakama, dimakan mati ibunya, tidak dimakan mati ayahnya.
Apakah Natsir akan menjalankan keputusan pemerintahan Assat sebelumnya atau mempertahankan provinsi Aceh sebagaimana mestinya.
Sebagai langkah awal untuk menenangkan suasana yang sudah semakin mencekam, karena telah diketahui Natsir yang semulanya menjadi pujaan hati rakyat Aceh.
Baca juga: Kisah Nikah Mahasiswa KKN dan Bocah SD, Khansa Akui Nyari Kamil Duluan
Bintang Masyumi yang tadinya bersinar di Serambi Mekkah, dalam seketika menjadi luntur dan pudar, karena Natsir mempertahankan kebijakan pemerintahan sebelumnya.
Jika tidak, kabinet Natsir yang baru lahir ini akan bubar, karena di isi partai politik seperti PNI, PKI, PSI, PSII, dan Murba.