Setelah menemukan tempat yang cocok untuk berteduh, kami menggelar tikar pas di sisi danau yang airnya terjangkau untuk mencuci tangan dan membasuh kaki.
Kemudian, kami persiapkan hidangan makan siang dengan menu sambal udang dicampur kentang, sayur daun labu jepang tumis, ayam bakar, dan beberapa menu tambahan lainnya. Semua ini membuat rasa lapar tiba-tiba ditambah lagi dengan udara dingin serta embusan angin dari danau. Rasanya kami ingin cepat-cepat menikmatinya.
Suasana yang begitu akrab antara keluarga dan wisatawan lainnya yang duduk bersebelahan membuat momen makan bersama ini penuh makna dan canda tawa. Kegembiraan begitu terpancar dari wajah-wajah mereka.
Saat kami sedang menikmati makan siang, tiba-tiba melintas sebuah speedboat dengan kecepatan tinggi. Di dalamnya ada beberapa penumpang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki hening tak bersuara, tetapi yang perempuan tertawa-tawa dan berteriak-teriak sambil melambaikan tangan.
Spontan saya bertanya pada Idrus, Reje Paya Tumpi Baru yang ikut dalam rombongan kami. "Ada apa dengan mereka?" Ternyata, kata Idrus, itu untuk melawan rasa takut kaum ibu yang ada dalam speedboat.
"Dengan berteriak-teriak hal ini dapat membuat rasa nyaman," katanya.
Setelah makan selesai, Ani, istri Reje Paya Tumpi Baru, mengajak saya naik untuk mencoba sensasi berkeliling danau naik speedboat. Akhirnya, karena penasaran dan ingin merasakan juga saya putuskan untuk naik, dengan melawan rasa takut.
Sebelum naik kami wajib memasang atribut baju pelampung dan negoisasi harga. Kemudian naik dibantu oleh satu orang pendamping / kernet yang membawa speedboat. Setelah berdoa, sang nahkoda memutar arah speedboat dan bergerak perlahan sesuai dengan yang kami minta. Namun, hanya beberapa meter ia mulai menambah kecepatan menuju tengah danau dan akhirnya speedboat melaju dengan kecepatan tertinggi, membuat badan terguncang dan terpental-pental dari tempat duduk. Tangan kami nyaris menyentuh air danau, rasa takut semakin menjadi-jadi ketika nahkoda memutar arah melawan arus danau, rasanya seperti melompat-lompat di atas batu, yang lain berteriak-teriak kegirangan, tetapi saya takut dan memohon untuk jangan lama-lama di tengah danau serta jangan jauh dari tempat kami naik tadi.
Bibir pucat, badan kaku, dan pantat terasa sakit sampai ke ubun-ubun ketika terempas-empas dari tempat duduk kayu yang ada di dalam speedboat. Saya hampir tak dapat melawan rasa takut ketika speedboat dengan kecepatan tinggi berbelok-belok dengan posisi miring dan nyaris menyentuh air danau.
Sejak kecil saya ingin sekali naik speedboat keliling Danau Lut Tawar. Ketika speedboat mulai menari-nari bagaikan ikan lumba-lumba di tengah laut, kami minta untuk berhenti, tetapi nahkoda semakin ngegas dengan kecepatan tinggi, membuat kami semua berteriak, "Jangan ke tengah, ayo kita pulang!"
Akhirnya nakhoda perlahan mengurangi laju speedboat dan berhenti di tempat yang tadi kami berkumpul. Alhamdulillah, kami selamat dan kembali bergabung dengan keluarga tercinta. Naik speedboat dengan kecepatan tinggi di Danau Lut Tawar benar-benar asyik dan seru sensasinya.