Dia mengklaim, anggota kelompok teroris Hamas saat ini masih berusaha menyusup ke Israel melalui laut.
Dalam serangan tersebut, Hamas membunuh 1.200 penduduk Israel yang kebanyakan merupakan warga sipil. Termasuk ke dalam sasaran teror adalah pemukiman penduduk dan sebuah festival musik elektronik.
Hamas dilaporkan masih menyandera sekitar 150 warga sipil Israel yang saat ini dikabarkan ditawan di Jalur Gaza.
Inisiatif negosiasi dari Turki
Nasib sandera yang ditahan Hamas kini sedang dinegosiasikan oleh sejumlah pihak, terutama Turki dan Palang Merah Internasional.
Inisiatif tersebut diperintahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kata seorang sumber di pemerintahan seperti dilansir kantor berita AFP.
"Mereka sedang menegosiasikan pembebasan sandera," kata dia.
Upaya serupa dilancarkan Komite Internasional Parang Merah (ICRC) yang berusaha memediasi antara Hamas dan Israel.
"Sebagai penengah yang netral, kami siap melakukan kunjungan humaniter, memfasilitasi komunikasi antara sandera dan anggota keluarga dan mengakomodasi setiap pembebasan nantinya," kata Fabritio Carboni, Direktur Timur Tengah di ICRC dalam sebuah pernyataan pers.
ICRC mendesak "kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil."
Menurut Carboni, perang antara Hamas dan Israel telah mengorbankan warga sipil. "Derita kemanusiaan yang muncul dari eskalasi ini sangat mengerikan," kata dia.
Sikap nonkompromi
Kegentingan bertambah ketika Israel menghentikan pasokan energi dan air minum ke Jalur Gaza. Pada Rabu (11/10), otoritas lokal mengaku hanya punya cadangan bahan bakar untuk beberapa jam.
Menurut ICRC, terputusnya aliran listrik akan berakibat fatal. Hal ini "berisiko bagi bayi di dalam inkubator atau pasien manula yang bergantung pada tabung oksigen. Prosedur cuci darah terhenti dan foto X-Ray tidak bisa dibuat," tulis Carboni.
"Tanpa listrik, rumah sakit akan berubah menjadi kamar mayat," pungkasnya.