Rohingya

Terkait Pengungsi Rohingya, Kantor Berita PBB Sebut Mahasiswa Aceh Sudah Termakan Hoaks di Medsos

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aksi pengepungan dan angkut paksa pengungsi Rohingya di basement Balai Meseuraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh pada Rabu (27/12/2023).

Penyebaran misinformasi tersebut telah menyerang pihak berwenang, masyarakat lokal, pengungsi dan pekerja kemanusiaan yang menghasut kebencian dan membahayakan nyawa mereka.

“Masyarakat didesak untuk memeriksa ulang informasi yang diposting secara online, yang sebagian besar salah atau diputarbalikkan, dengan gambar yang dihasilkan AI dan perkataan yang mendorong kebencian yang dikirim dari akun bot,” pernyataan PBB.

Rohingya adalah masyarkat mayoritas Muslim yang melarikan diri dari gelombang penganiayaan di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. 

Hampir satu juta orang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh dan lebih dari 1.000 orang tiba di Indonesia dengan kapal dalam beberapa bulan terakhir.

 

Rektor UTU Minta Pengungsi Rohingya Diperlakukan Secara Humanis dan Tidak Anarkis

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh Barat, Prof Ishak Hasan meminta pengungsi Rohingya diperlakukan secara humanis dan tidak anarkis.

Prof Ishak juga meminta semua pihak untuk menjungjung tinggi nilai-nilai universal.

Disisi lain, Rektor UTU Meulaboh ini juga meminta keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh harus memiliki batas waktunya.

Sehingga masyarakat juga ingin kepastian dari pemerintah tentang penempatan Rohingya yang sudah mencapai 1.684 orang.

"Perlakukan mereka secara Humanis, dan nilai-nilai Universal dan tidak anarkis," ucap Prof Ishak, Senin (1/1/2024).

Rektor UTU menyampaikan, masyarakat Aceh tidak perlu diajarkan lagi tentang tolong menolong dan perilaku kemanusiaan sudah teruji.

"Jadi Aceh sudah lama menolong etnis Rohingya yang terdampar di Aceh," tuturnya.

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh Barat, Prof Ishak Hasan meminta pengungsi Rohingya agar diperlakukan secara humanis dan tidak anarkis. (KOLASE SERAMBINEWS.COM)

Ia menilai, untuk penanganan pengungsi Rohinya di Aceh belum waktunya dengan tingkatkan kesejahteraan rendah dan kemiskinan tinggi.

"Kita masih tergolong orang miskin," ujar Rektor.

Halaman
123

Berita Terkini