SERAMBINEWS.COM - Israel dilaporkan telah mengajukan proposal melalui mediator Qatar dan Mesir terkait jeda perang Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas dan gerakan lainnya.
Proposal yang diajukan Israel itu berisi persetujuan penghentian sementara pertempuran di Gaza selama dua bulan, dengan imbalan pembebasan bertahap 136 sandera Israel tersisa di Gaza yang masih berada di tangan Hamas.
Usulan tersebut tidak mengindahkan permintaan Hamas agar Israel mengakhiri perang sepenuhnya.
"Namun tampaknya melangkah lebih jauh dari tawaran Israel sebelumnya," menurut situs berita Axios, yang mengutip dua pejabat Israel.
Tawaran tersebut dipublikasikan ketika utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah, Brett McGurk berada di wilayah tersebut untuk melakukan pertemuan dengan rekan-rekan Mesir dan Qatar yang bertujuan untuk membahas kemajuan kesepakatan penyanderaan, kata seorang pejabat AS kepada The Times of Israel.
"Israel sekarang menunggu tanggapan Hamas terhadap proposal baru tersebut dan sangat optimis mengenai peluang kemajuan dalam beberapa hari mendatang," kata para pejabat Israel kepada Axios.
Baca juga: Hizbullah Gagalkan Serangan Israel ke Lebanon, Pasukan IDF Tewas Dirudal
Hamas Menang Lagi
Sejumlah pakar dan analis militer sebelumnya mengatakan kalau Israel memang gagal mencapai tujuan perangnya di Gaza dalam hampir empat bulan membombardir kantung wilayah Palestina tersebut.
Tujuan perang yang ditetapkan Israel adalah membebaskan sandera warga negara mereka yang ditahan di Gaza, serta memberangus Hamas.
Sejauh ini, alih-alih mencapai target, Israel justru didera perpecahan kabinet dengan bumbu tekanan atas pembebasan sandera secara segera, krisis multiaspek dari keuangan hingga kesehatan mental masyarat, plus kerenggangan hubungan dengan sekutu abadi mereka, Amerika Serikat (AS) perihal rencana pasca-perang atas Gaza.
Ajuan Israel ini menandakan kalau Hamas kembali menang setelah pada akhir November lalu memaksa pendudukan untuk menyetujui jeda pertempuran selama tujuh hari demi pembebasan sandera Israel dan pelepasan ratusan tahanan Palestina.
Adapun proposal terbaru Israel yang dilaporkan Axios, disebutkan akan meminta Hamas membebaskan anak-anak, perempuan, laki-laki yang berusia di atas 60 tahun dan tawanan yang sakit kritis dalam tahap pertama.
Tahap selanjutnya adalah tentara perempuan dan laki-laki di bawah usia 60 tahun yang bukan tentara, diikuti dengan pembuatan tentara dan jenazah sandera.
Tawaran Israel menyatakan, Israel dan Hamas akan menyepakati terlebih dahulu mengenai berapa banyak tahanan keamanan yang akan dibebaskan oleh Israel di setiap tahap sebelum mengadakan negosiasi terpisah mengenai nama-nama tahanan Palestina.
Tawaran tersebut juga akan mencakup penarikan pasukan Israel dari pusat-pusat populasi utama di Gaza dan kembalinya warga Palestina secara bertahap ke Jalur utara, dimana mereka diperintahkan untuk mengungsi.
Tak Mau Penghentian Total Perang
Tawaran tersebut menetapkan bahwa Israel tidak akan setuju untuk mengakhiri perang sepenuhnya, atau membebaskan 6.000 tahanan keamanan Palestina, namun para pejabat Israel mengatakan kepada Axios bahwa mereka bersedia membebaskan sejumlah besar orang.
"Jika diterapkan, cakupan operasi tentara Israel di Gaza akan jauh lebih kecil setelah jeda berakhir," kata Axios.
Tawaran tersebut relatif serupa dengan tawaran yang dilaporkan telah diajukan sejak gencatan senjata tujuh hari berakhir hampir dua bulan lalu.
Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan setuju untuk melepaskan tawanan kecuali pertempuran di Gaza berhenti sepenuhnya.
Baca juga: VIDEO Sambutan Rudal Hizbulah untuk 100 Ribu Tentara IDF di Perbatasan Utara yang Siap Serbu Lebanon
Intelijen AS: Pejuang Hamas Beradaptasi, Masih Sanggup Serang Israel Berbulan-bulan
Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan hanya kehilangan sekitar 20 hingga 30 persen kekuatan tempurnya selama perang Gaza melawan Israel yang kini sudah berlangsung hampir empat bulan sejak 7 Oktober 2023 silam.
Analisis kekuatan Hamas itu dilontarkan intelijen AS yang dikutip oleh Wall Street Journal (WSJ).
"Jumlah korban Brigade Al Qassam tersebut sejauh ini masih jauh dari tujuan Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut dan menunjukkan ketangguhannya setelah perang berbulan-bulan yang telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza,” tulis outlet berita tersebut pada tanggal 21 Januari.
Menurut perkiraan intelijen AS, kelompok perlawanan Gaza masih memiliki cukup amunisi untuk terus meluncurkan roket ke Israel dan mempertahankan operasinya melawan pasukan Israel di Gaza selama beberapa bulan.
Satu di antara kunci dari bertahannya milisi Hamas dari bombardemen Israel adalah kemampuan beradaptasi dalam beragam hal, termasuk strategi perang.
“Pejuang kelompok ini telah menyesuaikan taktik mereka, beroperasi dalam kelompok yang lebih kecil dan bersembunyi di antara penyergapan terhadap pasukan Israel, sementara pejuang individu kemungkinan akan mengambil lebih banyak tugas untuk mengisi kekosongan dari rekan-rekan mereka yang tewas,” WSJ mengutip analis militer yang mengatakan.
Penarikan Pasukan IDF Adalah Kesalahan
Israel baru-baru ini mengurangi operasi darat di Jalur Gaza atas tekanan AS, dengan menarik sebagian pasukannya dari Gaza.
Pada hari Senin, tentara Israel menarik Unit 36 dari Jalur Gaza. Divisi ke-36 beroperasi di lingkungan Al-Zaytoun, Al-Shati, Shujaiya, dan Al-Rimal di Kota Gaza, di utara.
“Pengurangan intensitas dan aktivitas [tentara Israel] di Jalur Gaza dan penarikan pasukan [di Gaza] adalah sebuah kesalahan,” kata Menteri Israel Gideon Saar pada 16 Januari.
“Kita perlu memutuskan untuk meningkatkan tekanan terhadap Hamas. Kita juga perlu memutuskan bahwa perubahan pada situasi pertempuran didasarkan pada kemajuan dan pencapaian tujuan, bukan pada jadwal.”
Para pejabat militer Israel sebelumnya sempat sesumbar bahwa kehadiran Hamas di Gaza utara telah dibubarkan.
Namun, kelompok tersebut terus menghadapi tentara Israel di beberapa wilayah utara, sehingga sering melakukan penyergapan.
Roket juga terus terbang keluar dari utara Gaza, menargetkan permukiman dan Kibbutzim di sekitar Jalur Gaza. Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa Israel terus-menerus mengklaim menargetkan infrastruktur militer Hamas.
“Dugaan pencapaian yang diumumkan musuh… merupakan ejekan bagi kami… akan tiba saatnya kami membuktikan klaim tersebut salah,” kata juru bicara Brigade Qassam Abu Obeida pada 14 Januari.
Pasukan Israel juga menghadapi perlawanan sengit di selatan Gaza, tempat operasi militer kini terfokus. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada 16 Januari kalau perang dapat berlangsung hingga tahun 2025.
Tel Aviv telah meningkatkan pemboman tanpa pandang bulu di beberapa wilayah Jalur Gaza, yang paling menonjol di kota selatan Khan Yunis.
Lusinan orang tewas dalam 24 jam terakhir ketika “pasukan Israel menargetkan rumah sakit, ambulans, dan sekolah tempat ribuan warga sipil berlindung,” lapor Al-Jazeera.
Baca juga: Terdapat 4 Warga Negara Asing dalam Rombongan BBTNGL yang Diadang Massa di Tenggulun
Baca juga: Cedera Mohamed Salah Ternyata Parah, Terpaksa Absen Empat Pekan, Balik ke Liverpool untuk Perawatan
Baca juga: 10 Tahun Cerai dengan Ben Kasyafani, Marshanda: Aku Nggak Ada Deadline Nikah Lagi
Tribunnews.com: Hamas Menang Lagi, Israel Tawarkan Jeda Perang Dua Bulan