“Nama Malahayati ditabalkan karena di sini ada sebuah benteng bernama Benteng Malahayati yang menunjukkan sejarah tentang seorang laksamana laut Aceh yang berperang melawan tentara Belanda, dan dia bernama Malahayati,” ujar sang bidan.
Putri Malahayati adalah putri ketiga dari pasangan ini.
Dua anak mereka lainnya adalah Sumayah (6) dan Abdul Hajad (4).
Pasangan Abdul Wahid dan Nurhalimah adalah warga Rohingya yang mengungsi secara illegal ke luar Myanmar.
Selama enam tahun terakhir mereka tinggal di Malaysia dengan mengandalkan kartu keterangan mencari suaka dari lembaga PBB UNHCR.
“Kami ada pegang kartu ini tapi kami tidak bisa berbuat banyak. Anak-anak tidak bisa sekolah, padahal ini sudah waktunya sekolah,” ujar Abdul Wahid.
Dengan alasan itulah, sebut Abdul Wahid, ia dan keluarganya memutuskan untuk ikut perahu yang membawa rombongan pengungsi Rohingya menuju Australia.
Namun, perahu yang mereka tumpangi terjebak hujan dan badai hebat di lautan hingga perahu rusak.
Rombongan ini terdampar di perairan Lueng Gayo, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya.
Sepekan setelah terdampar, para pengungsi illegal ini pun kemudian dipindahkan ke penampungan sementara di Ladong, Kabupaten Aceh Besar.
Kini hanya tinggal sebanyak 20 pengungsi saja di lokasi penampungan ini, sedangkan yang lainnya sudah dipindahkan ke penampungan di Sumatera Utara. ( Serambinews.com/ Faisal Zamzami )
Baca juga: Ini 3 Pejuang Palestina yang Masuk dalam Daftar Tahanan yang Dituntut Hamas untuk Dibebaskan Israel
Baca juga: VIDEO - Netanyahu Minta UNRWA Ditutup, Diduga Dukung Hamas yang Memicu Perang Gaza
Baca juga: VIDEO AS dan Houthi Saling Serang Rudal di Laut Merah dan Klaim Serangan Berhasil