Taqwaddin mengungkapkan, apabila praktik ini terus terjadi maka susah untuk mengharapkan pemimpin yang teladan.
Baca juga: Usai Pemilu 2024, Masyarakat akan Dihadapkan Pilkada Serentak 2024, Ini Jadwal dan Tahapannya
Sehingga hal-hal seperti ini tidak bagus untuk iklim demokrasi dan berujung pada munculnya ketidakpercayaan publik.
Karena itu, Taqwaddin berharap sosok yang ingin memimpin Aceh dapat memahami keistimewaan dan kekhususan yang telah diberikan kepada Aceh.
“Keistimewaan Aceh itu ada empat, Syariat Islam, peran Ulama, pendidikan, dan adat budaya,” sebutnya.
Sementara kekhususan yang diberikan kepada Aceh itu ada 26, salah satunya Qanun.
“Maka kita carilah orang-orang yang paling tidak dia paham sedikit tentang Aceh. Sehingga nantinya kepala daerah di Aceh punya nilai tawar-menawar,” papar Taqwaddin.
Kuncinya itu, sebut Taqwaddin, ada di partai politik pengusung.
Namun jika partai politik tidak berpihak pada rakyat, maka bersiaplah rakat tidak akan memilihnya.
“Kedaulatan ada ditangan rakyat, tapi rakyatnya jangan terpengaruh sama uang,” pungkasnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)