Pemuka Kristen dan Katolik Ajak Penuding Aceh tidak Toleran untuk Berkunjung ke Aceh

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri: Tgk Muhammad Nas Ibrahim, Idaman Sembiring, Munawar Jalil, Dahlia, Zulfahmi, Hamid Zein dan Tgk Abdullah Usman.

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aceh sering dipersepsikan sebagai daerah tidak toleran dalam hubungan sosial agama. Salah satu lembaga yang kerap melemparkan tudingan atau framing tersebut adalah Setara Institute Jakarta.

Lembaga tersebut bahkan menempatkan tiga kota yang ada di Aceh dalam daftar 10 kota dengan indeks toleransi paling rendah di Indonesia, yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe dan Sabang.

Sebagaimana tertuang dalam siaran pers yang dikirim Hasan Basri M Nur, sekretaris FKUB Aceh, pemuka agama Kristen di Aceh, Idaman Sembiring, membantah keras penempatan kota-kota di Aceh dalam daftar kota dengan indeks toleransi rendah.

Idaman Sembiring mengajak para penuding Aceh tidak toleran dalam aspek relasi agama untuk berkunjung ke Aceh dan mengamati secara langsung di lapangan.

Baca juga: Dari Pertemuan Tokoh Lintas Forum di Takengon: Masyarakat Aceh Tengah sangat Moderat dan Toleran

“Orang dari luar perlu datang ke Aceh dan melihat langsung kondisi kehidupan umat beragama di Aceh, terutama di Banda Aceh dan Sabang,” kata Idaman Sembiring dalam Rapat Koordinasi Kerukunan Umat Beragama di aula Kanwil Kemenag Aceh, Jumat (8/3/2024).

“Bukan hanya mengamati saja, saya rasa orang dari luar juga perlu menemui pendeta yang ada di gereja-gereja di Aceh. Biarlah pendeta yang menjelaskan kondisi kerukunan umat beragama di Aceh,” lanjut Idaman Sembiring yang sudah lebih 40 tahun menetap di Aceh.

Hal senada diutarakan oleh Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Aceh, Baron Ferryson Pandiangan. Baron mengaku kecewa atas klaim-klaim intoleran terhadap Aceh karena tidak sesusai dengan kenyataan di lapangan.

“Ada teman saya dari Jakarta kaget saat tiba ke Aceh. Dia melihat kenyataan kehidupan umat beragama di sini yang sangat harmonis, jauh berbeda dari yang dia dengar sebelum tiba di Aceh,” ungkap Baron Ferryson.

Baron menambahkan, umat Katolik sangat nyaman melaksanakan ibadah di gereja-gereja yang tersedia di Aceh. Pihaknya tak mungkin mendirikan gereja illegal di Aceh.

Baca juga: Masyarakat Abdya Terbuka dan Toleran, Tokoh Tionghoa: Kami Nyaman Berbisnis di Blang Pidie

Dikatakannya, semua gereja Katolik di dunia ini tercatat, terdata dan terkoordinir dengan baik hingga ke pusatnya di Vatikan.

“Jadi, tidak mungkin mendirikan gereja Katolik yang illegal,” tegas Baron.

Rapat Koordinasi Kerukunan Umat Beragama dipimpin oleh H A Hamid Zein (Ketua FKUB) dan Zulfahmi (Sub KUB dan Ortala Kemenag Aceh).

Rapat dihadiri puluhan anggota FKUB Aceh, termasuk Munawar Jalil, Suwardi Saidi, Surya Edy Rahman, Cut Intan Arifah, Zairil Kluet Raya (Islam) serta Paini (Hindu) dan Yuswar (Buddha).

Ketua FKUB Aceh, H A Hamid Zein mengajak tokoh-tokoh agama di Aceh untuk selalu menjaga keharmonisan hubungan antaragama serta mengampanyekan tentang toleransi dan moderasi beragama kepada penganut agama masing-masing. []

Berita Terkini