Tidak jauh berbeda jumlah jemaah yang menuju masjid ini: sangat padat merayap juga. Namun, untuk menuju Masjid Quba kita masih bisa bergerak pukul 4 pagi. Dan, hampir semua masjid memang harus ditempuh dari sebelum masuk waktu subuh, bila ingin menunaikan shalat Id. Itu pun sangat sulit mencari tempat parkir, memakan waktu hampir satu jam hanya untuk mencari tempat parkir. Sangat berbeda dengan hari biasanya, yang saat datang kita langsung bebas memarkirkan kendaraan di tempat parkir tanpa takut parkir penuh.
Bakda shalat Subuh, jagan khawatir bila perut lapar dan tidak membawa bekal sarapan dari rumah. Karena, di sepanjang sudut-sudut halaman Masjid Quba banyak sekali orang berjualan makanan. Jemaah tinggal membeli saja dan menyantap sarapan di rerumputan masjid sambil menunggu shalat Id tiba.
Beruntung, pada pagi hari raya Idulfitri kemarin, keadaan Madinah sangat sejuk dan berawan, tidak diguyur hujan seperti yang terjadi pada beberapa hari terakhir Ramadhan. Cuaca yang bersahabat ini juga menjadi faktor utama membeludaknya jemaah yang ingin melaksanakan shalat Id.
Setelah selesai shalat Id yang dimulai pukul 06.30 pagi, hampir sama dengan di Aceh, suasan ceria langsung terasa. Jemaah saling bersalaman dan bermaaf-maafan. Namun, ada yang unik di sini, yaitu ramainya jemaah dan masyarakat yang saling membagikan makanan untuk siapa saja yang ditemui. Misalnya, membagikan kurma, aneka kue, cokelat, bahkan aneka pernak-pernik aksesori, seperti jepitan rambut, bando, kalung, gelang, gantungan kunci, dan lainnya.
Selain itu, ramai juga masyarakat yang berjualan balon hias, buket bunga, dan sebagainya.
Kami sangat terharu dengan tradisi membagi-bagikan makanan ini. Sungguh kental rasanya ukhuwah islamiah yang tercipta di sini dan sangat terasa benar-benar sedang berada di hari kemenangan.
Setelah puas menikmati makanan dan minuman di seputaran masjid, barulah jemaah berangsur-angsur meninggalkan masjid.
Setelah shalat, keadaan masyarakat di Madinah hampir sama dengan di Aceh, yaitu saling mengunjungi sanak saudara, famili, tetangga, karib kerabat, dan lain-lain. Bedanya bila di Banda Aceh keadaan jalan di hari raya demikian lengangnya karena masyarakat sebagian besar mudik Lebaran, tidak demikian di Madinah. Jalanan tetap ramai dan macet, apalagi pada malam hari karena budaya mereka berlebaran pada malam hari.
Pulang shalat Id? Masyarakat lokal lebih memilih untuk beristirahat terlebih dahulu karena sudah lelah tidak tidur di malam hari.
Nah, demikianlah pandangan sekilas mata di pagi hari Idulfitri 1445 Hijriah di Kota Nabi, Madinah.