Syekh Mahmud menyebarkan ajaran Islam di wilayah ini dan berkontribusi pada perekonomian setempat.
Lokasi makam yang tinggi, di atas bukit, memberikan kesan spiritual dan mengundang orang untuk merenung.
Batu nisan di makam Syekh Mahmud terpahat jelas bahwa itu dibuat pada abad ke-7 Masehi, menandakan bahwa Islam masuk ke Nusantara sejak waktu tersebut.
Raja Barus kemudian mendengar kabar tentang penyebaran Islam di Singkil (Aceh), lalu raja memanggil Syekh Mahmud untuk kembali ke Barus.
Sejak saat itu, Raja Barus memutuskan untuk mengikuti ajaran Islam dan Syekh Mahmud kembali dipercaya untuk menyebarkan ajaran Islam di Barus.
Jadi, pengasingan Syekh Mahmud ke Aceh Singkil menjadi bagian penting dalam perjalanan dakwahnya dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Mungkin ini alasan kenapa banyak sekali peziarah datang dari wilayah Singkil dan Subulussalam.
Saya menyaksikan langsung betapa banyak peziarah yang mengunjungi makam ini. Mulai dari anak muda sampai orang tua. Mereka berjuang sekuat tenaga agar berhasil menuju puncak makam.
Panjang makam ini kurang lebih 8 meter dan berada di perbukitan. Situasi makam juga tidak melambangkan kemewahan, kita tidak menemukan bangunan megah dengan ornamen yang indah di sini. Makam ini hanya dikelilingi pagar besi dan beberapa pohon yang tumbuh, tempat peziarah berteduh.
Tidak dibangunnya makam ini megah, bisa jadi melambangkan kesederhanaan dan keikhlasan Syekh Mahmud dalam menyebarkan agama Islam.
Menurut informasi turun-temurun yang saya dapatkan dari masyarakat sekitar, makam ini awalnya terletak di tepi pantai. Masyarakat setempat juga mengatakan bahwa jika mereka menggali sumur di sekitar lokasi ini, mereka akan menemukan beberapa fosil kerang. Kebenaran info yang satu ini belum bisa dipastikan, tapi masyarakat meyakini itu dan cerita ini selalu bersambung secara turun-temurun.
Perjuangan Syekh Mahmud ibarat cahaya yang menyinari Nusantara. Syeikh Mahmud, seorang ulama dan penyebar agama Islam, meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Nusantara dan masih banyak generasi muda yang belum mengetahuinya.
Syeikh Mahmud meninggalkan warisan yang abadi. Ia bukan hanya menyebarkan Islam, melainkan juga mengajarkan tentang keberanian, ketabahan, dan kasih sayang.
Makamnya di Barus menjadi titik pertemuan antara masa lalu dan masa depan, mengingatkan kita akan perjuangan para penyebar dan penerang agama.
Syeikh Mahmud, dengan segala keterbatasannya, telah menjadi cahaya yang menyinari Nusantara. Kita mengenangnya sebagai teladan dalam berjuang demi kebenaran dan kebaikan.
Tentunya penggalian dan penelitian tentang khazanah Islam Nusantara masih perlu ditingkatkan dan makam Syekh Mahmud menjadi salah satu bukti sejarah yang mengingatkan kita akan peran penting tokoh-tokoh seperti beliau dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. elwanharlingga@gmail.com>