Namun beberapa hari kemudian terjadi serangan besar-besaran Iran terhadap Israel, termasuk 140 rudal jelajah.
“Jadi menurut saya itu bukan jalan yang bijaksana,” ungkap Cameron.
Saat berbicara kepada BBC, dia juga menyinggung tentang video yang dirilis oleh Hamas pada Sabtu lalu yang menampilkan warga negara Inggris-Israel, Nadav Popplewell (51).
Nadav bersama ibunya diculik oleh Hamas dari Israel selama serangan besar-besaran kelompok pejuang Islam tersebut pada 7 Oktober lalu.
Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melancarkan serangan besar-besaran di Rafah selama berbulan-bulan.
Alasan bahwa operasi tersebut penting untuk mengalahkan Hamas, yang memiliki empat dari enam batalion aktif yang tersisa, dari total 24 batalyon sebelum perang, yang terletak di kota paling selatan Gaza.
Pada hari Jumat, Hamas meluncurkan dua serangan roket dari Rafah dan Gaza tengah ke Beersheba, serangan pertama terhadap kota Israel selatan dalam hampir enam bulan.
Serangan tersebut melukai ringan seorang wanita dan menyebabkan kerusakan pada taman bermain umum.
Perang di Gaza meletus dengan pembantaian Hamas pada 7 Oktober lalu, ketika ribuan teroris menyerbu perbatasan ke Israel melalui darat, udara, dan laut, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 252 orang.
Bersumpah untuk melenyapkan Hamas, Israel melancarkan kampanye militer skala besar di Gaza yang bertujuan untuk membebaskan para sandera dan menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan kelompok pejuang tersebut.
Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan 35.000 orang telah meninggal dalam perang yang terjadi.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS