Meski demikian, pegiat olahraga crossfit ini awalnya tidak mempermasalahkan kondisi yang dialaminya itu.

"Saya pikir, saya sudah lama tidak melakukan pull-up, itu latihan yang berat, nanti akan turun, tidak apa-apa,” tutur Johnson.

Namun ketika ia pergi mandi dan menggosok gigi, Johnson menyadari bahwa lengannya tidak dapat diluruskan sepenuhnya.

Lengannya pun terlihat seakan "meledak", dengan pembengkakan seperti bola salju selama beberapa hari berikutnya. 

Baca juga: Waspadalah, Ini Tanda Penyakit Jantung yang Menyerang Wanita, Gejalanya Sering Dikira Penyakit Lain

“Semua orang bilang 'kami pikir kamu berotot sekali atau semacamnya’,” ujar dia.

Selain itu, ia juga menyadari bahwa warna urinenya berubah, tidak seperti biasanya.

Johnson pun berusaha minum air putih yang banyak agar warna air kencingnya kembali normal lagi.

“Warnanya lebih gelap, hampir seperti warna oranye. Saya minum banyak air tetapi saya tidak banyak buang air kecil di siang hari,” ucapnya.

Menderita rhabdomyolysis

Setelah lengannya mati rasa, ia memutuskan untuk melaporkan kondisinya ke rumah sakit.

Dokter yang melihat sekilas lengan Johnson mengatakan ia harus segera pergi ke unit gawat darurat (UGD).

Tes darah lanjutan dan pemeriksaan lainnya mengungkapkan bahwa "ledakan" ekstrem tubuh Johnson disebabkan oleh rhabdomyolysis.

Rhabdomyolysis adalah suatu kondisi di mana otot-otot rusak dan melepaskan bahan kimia beracun ke dalam aliran darah.

Kondisi ini sering kali disebabkan oleh latihan intensitas tinggi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ hingga berujung kematian.

Para dokter mengkhawatirkan kerusakan ginjal jangka panjang yang merupakan komplikasi umum kondisi ini.

Namun, secara mengejutkan, organ ginjal Johnson tidak terdampak.

Baca juga: Benarkah Wanita Gemuk Sulit Hamil? Begini Penjelasan dr Boyke Hingga Sebut Berat Badan Ideal