SERAMBINEWS.COM - Ribuan pendukung mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, terlibat dalam bentrokan sengit dengan polisi di ibu kota Islamabad.
Para pendukung mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menggelar demonstrasi di Islamabad pada Selasa (26/11/2024).
Beberapa demonstran menerobos barisan kontainer pengiriman yang menutup kota Islamabad.
Sedikitnya enam orang tewas dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.
Korban tewas termasuk empat orang anggota dinas keamanan dan satu warga sipil yang tewas ditabrak sebuah kendaraan di jalan.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengancam para demonstran dengan mengatakan kelompok anarkis sengaja menargetkan personel keamanan.
Sehari sebelumnya, seorang polisi tewas dalam insiden terpisah terkait demonstrasi oleh para pendukung Imran Khan, seperti diberitakan NPR.
Baca juga: Kelompok Syiah dan Sunni di Pakistan Bentrok, 82 Orang Tewas, Gencatan Senjata 7 Hari Disepakati
Pendukung Imran Khan dan Polisi Bentrok
Protes yang melibatkan ribuan orang ini bertujuan untuk menuntut kebebasan bagi Khan dan menentang tuduhan bahwa proses hukum yang dihadapinya adalah bagian dari strategi politik yang lebih besar.
Dilansir dari kantor berita Aljazeera pada Selasa (26/11/2024), selama protes, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa yang mulai bergerak menuju D-Chowk, sebuah alun-alun utama yang terletak dekat dengan gedung-gedung pemerintahan.
Laporan yang diterima menunjukkan bahwa bentrokan tersebut menyebabkan beberapa orang tewas, dan puluhan lainnya terluka, termasuk jurnalis yang diserang oleh pendukung Khan.
Seorang videografer dari kantor berita The Associated Press juga menjadi korban, dipukuli oleh para demonstran dan kameranya rusak.
Pemerintah Pakistan menanggapi dengan keras, dengan Menteri Dalam Negeri Mohsin Naqvi mengeluarkan peringatan setelah tengah malam.
Naqvi mengatakan bahwa jika para pengunjuk rasa kembali melepaskan tembakan ke arah pasukan keamanan, maka tembakan peluru hidup akan digunakan sebagai balasan.
"Jika mereka kembali menembakkan peluru, peluru akan dibalas dengan peluru," tegasnya.
Untuk menghalangi demonstrasi lebih lanjut, pihak berwenang telah menangkap lebih dari 4.000 pendukung Imran Khan sejak Jumat lalu.
Layanan ponsel dan internet juga dihentikan di beberapa wilayah untuk membatasi penyebaran informasi dan organisasi protes.
Selain itu, sebuah pengadilan pada hari Kamis melarang pertemuan atau unjuk rasa di ibu kota, dan Naqvi menegaskan bahwa siapa pun yang melanggar larangan tersebut akan ditangkap.
Perjalanan antar kota juga terhambat akibat penutupan jalan dengan kontainer pengiriman, yang membuat mobilitas menjadi sangat terbatas.
Semua institusi pendidikan di Islamabad juga diliburkan sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan situasi.
Para pendukung Khan sangat bergantung pada media sosial untuk mengorganisir protes dan membagikan informasi terkait pergerakan mereka.
Dengan menggunakan platform seperti WhatsApp, mereka menyebarkan informasi mengenai acara dan tindakan yang akan diambil.
Media sosial telah menjadi saluran utama bagi PTI untuk menuntut kebebasan Khan dan mengkoordinasikan aksi massa di berbagai lokasi.
Protes ini menggambarkan ketegangan politik yang semakin meningkat di Pakistan, dengan Imran Khan sebagai tokoh utama yang memicu perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa.
Meskipun pihak berwenang berusaha keras untuk membatasi aksi protes, dukungan yang kuat dari pendukung Khan dan pemanfaatan media sosial menunjukkan bahwa perlawanan ini masih jauh dari selesai.
Ke depan, ketegangan politik ini kemungkinan akan terus berlanjut, dengan dampak yang lebih besar pada stabilitas sosial dan politik di negara tersebut.
Baca juga: Pendukung Imran Khan Melanggar Lockdown di Islamabad Pakistan
Pasukan Keamanan Pakistan Diizinkan Balas Serangan
Pada dini hari, Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi, mengatakan pasukan keamanan akan membalas dengan tembakan langsung jika pengunjuk rasa melepaskan senjata ke arah mereka.
"Jika mereka kembali melepaskan tembakan, maka peluru akan dibalas dengan peluru," katanya pada tengah malam, Selasa.
Imran Khan telah mendekam di penjara selama lebih dari setahun sejak bulan Agustus 2023 dan menghadapi lebih dari 150 kasus pidana.
Partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), mengatakan kasus-kasus tersebut bermotif politik.
Pihak berwenang mengatakan hanya pengadilan yang dapat memerintahkan pembebasan Imran Khan.
Sementara itu, istri Imran Khan, Bushra Bibi, yang memimpin protes tersebut meminta para pendukung PTI untuk terus berbaris menuju Zona Merah dengan damai.
"Rencana aksi lain akan disampaikan kepada para pengunjuk rasa jika Khan tidak dibebaskan," menurut laporan Al Jazeera, mengutip pernyataan Bushra Bibi.
Bushra Khan juga mendesak pemerintah untuk tidak melukai para demonstran.
Dalam upaya menggagalkan protes tersebut, polisi telah menangkap lebih dari 4.000 pendukung Imran Khan sejak Jumat (22/11/2024) dan menghentikan layanan seluler dan internet di beberapa wilayah Pakistan.
Pada hari Kamis (21/11/2024), pengadilan melarang unjuk rasa di Islamabad dan menteri dalam negeri Pakistan mengancam akan menangkap siapa pun yang melanggar larangan itu.
Baca juga: Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Kejagung Tegaskan Tak Lakukan Kriminalisasi dan Bantah Politisasi
Baca juga: DPRK Aceh Barat Sahkan APBK 2025, Proyeksi Anggaran Capai Rp 1,4 Triliun
Baca juga: Pemerintah Inggris Perintahkan Tangkap PM Israel Netanyahu jika Masuki Negaranya