Di tengah suhu yang panas, Rohingya yang terdiri atas pria dewasa dan didominasi wanita serta anak-anak itu terkurung dalam truk tak diizinkan untuk menapakkan kakinya di ibukota.
Masyarakat sekitar pun bereaksi menolak hingga malam pun tiba truk pengangkut Rohingya dipaksa pulang ke Aceh Selatan.
Peristiwa diatas menjadi perhatian mantan wakil presiden Indonesia, Yusuf Kalla.
Melalui media Ketua PMI ini meminta agar masyarakat Aceh memperlakukan Rohingya dengan baik dan beradab.
Tentu hal itu berdasarkan kemanusiaan.
Baca juga: Rohingya Mendarat di Aceh Timur, Kali Ini di Birem Bayeun, Begini Jumlah dan Kondisinya
Singkatnya, setelah Rohingya sempat tour dari Aceh Selatan ke Banda Aceh, Lhokseumawe, lintas tengah dan balik lagi ke Tapaktuan, Rohingya ditolak dimana - mana, akhirnya Rohingya ditampung di salah satu fasilitas olahraga milik Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, Gedung Olah Raga Tapaktuan Sport Center (GOR TSC).
Di sinilah drama kehilangan Rohingya yang senyap ini dimulai.
Update terakhir yang dilakukan Kepala Bidang Investigasi Forum Jurnalis Independen Aceh Selatan (FORJIAS) Rian Hariga Efendi dan kawan-kawan mengungkapkan bahwa sejak 28 November 2024, GOR TSC telah dalam keadaan kosong tak berpenghuni, yang tersisa adalah pakaian dan sisa sampah milik Rohingya.
Menurutnya, Rohingya telah dipastikan hilang dari penampungan sementara Aceh Selatan secara keseluruhan.
Hanya tersisa pertanyaan besar bagaimana mereka bisa hilang di tengah pengamanan dan pengawasan yang dilakukan.
"Kami menduga hilangnya Rohingya dari GOR TSC Aceh Selatan telah direncanakan, kami yakin ada aktor intelektual dibalik hilangnya Rohingya ini,"sebut Rian, di Tapaktuan, Senin (9/12/2024).
Ia melanjutkan, ada kejanggalan yang hingga saat ini masih menjadi pertanyaan besar.
"Semakin yakin bahwa ada aktor intelektual dibalik hilangnya Rohingya di Aceh Selatan, "tambahnya.
Berdasarkan hal itu, lanjut Rian, wilayah pantai Aceh Selatan diduga telah menjadi salah satu jalur perdagangan manusia yang paling rapi di Indonesia.
Menurutnya, ini bukan kejadian pertama bahkan disinyalir Aceh Selatan menjadi salah satu titik transit utama dalam jalur perdagangan manusia, khususnya yang melibatkan etnis Rohingya.