Wawancara Eksklusif

Mari Bersatu Membangun Aceh

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Badan Pemenangan Aceh Mualem-Dek Fadh, Kamaruddin Abubakar alias Abu Razak

Paslon 01 itu saudara kita juga, kawan kita juga. Masalah ini (agar tidak perlu berujung ke MK) dari awal juga saya bilang, walaupun sempat ditentang oleh Hendra (Budian, Jubir Paslon 01). Tapi itu biasa dalam politik, saya bilang ayo sama-sama lah, jangan dibawa lagi ke MK, terimalah keputusan KIP. Bagi kami yuk bangun Aceh bersama, dan ini tulus. Ide-ide yang baik kita terima juga. Masalah beda pandangan, beda pendapat pada tanggal 27 November, itu sudah selesai. Hari ini, mari kita satukan visi misi untuk membangun Aceh bersama, satu untuk semua, semua untuk satu. 

Terakhir, terkait dengan tema, “Selamat Datang Pemimpin Baru Aceh”, menurut Abu, apa program prioritas yang akan atau harus dilakukan oleh pemerintahan Mualem-Dek Fadh, terutama di 100 hari kepemimpinan mereka?

Pertama, kita ada tim visi misi, jadi kita jangan keluar dari itu. Tetap kita berpegangan pada visi misi Mualem-Dek Fadh yang sudah disampaikan waktu kampanye dan saat debat, itulah yang harus kita jaga. Kita sudah ada tim yang siap mengawalnya dan insyaAllah kita jaga tetap dalam koridor itu (visi misi), jangan sampai di luar itu.

Nanti tim-tim yang sudah kita atur ini bersama-sama kita bahas. Apalagi anggaran 2025 ini masih di Mendagri, mungkin dalam minggu ini akan dikembalikan. Kita samakan program Mualem-Dek Fadh dengan anggaran tahun 2025 ini. 

Dan kita lihat selama ini Mualem-Dek Fadh bergerak di Jakarta ataupun di pusat itu kita kasih jempol. Mungkin para menteri sudah tau program Mualem-Dek Fadh dengan ada kunjungan-kunjungan seperti ini. Itu satu kebanggaan juga. Kita doakan sampai pelantikan hubungan dengan pusat jadi lebih baik.

Kita doakan juga pusat menyetujui usulan kita untuk mengembalikan besaran dana otsus pada tahun 2026 bisa seperti semula. Apakah ditambah itu terserah, yang penting 2 sampai 2,5 persenlah. Dalam tim transisi ini juga ada tim yang mengawal MoU, termasuk pertambangan, kita sesuaikanlah dengan baik nanti.

Sebagai penutup, mungkin Abu Razak bisa menyampaikan saran atau harapan kepada masyarakat Aceh?

Alhamdulillah, terima kasih kepada semuanya, terutama partai pengusung dan semua relawan yang telah bekerja maksimal dan seluruh bangsa ataupun rakyat Aceh. Kini, mari kita bersama untuk membangun Aceh, tidak ada lagi pro-kontra, ataupun tidak ada lagi ini tim 01, ini tim 02. Mualem dan Dek Fadh sebagai wakilnya adalah milik semua, yang akan memimpin 5 juta lebih rakyat Aceh.(*)

 

Bermula dari Libya, Masa Perang, hingga Era Damai

Kemenangan Muzakir Manaf dan Fadhlullah (Mualem-Dek Fadh) dalam Pilkada Aceh 2024, menjadi catatan istimewa bagi para mantan kombatan atau pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pasalnya, ini adalah kali pertama Aceh dipimpin langsung oleh mantan panglima GAM yang ikut berperang di lapangan dan kemudian menjalani proses reintegrasi pada masa damai. 

Pada Senin (16/12/2024), Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia Zainal Arifin, secara khusus mewawancarai eks komandan operasi dan wakil panglima GAM, Kamaruddin Abubakar tentang berbagai hal yang akan dilakukan pada era baru kepemimpinan Aceh ini. Untuk diketahui, Kamaruddin Abubakar yang lebih dikenal dengan nama Abu Razak, pada Pilkada 2024 lalu dipercaya sebagai Ketua Umum Badan Pemenangan Muzakir Manaf-Fadhlullah atau Mualem-Dek Fadh.

Abu Razak adalah eks kombatan GAM yang pernah menjalani pelatihan militer di Tripoli, Libya. Beliau pernah menjabat sebagai wakil panglima GAM. Setelah damai bersemi di Aceh, Abu Razak menjadi salah satu sosok penting dalam proses reintegrasi eks kombatan GAM, dari gerakan bersenjata ke gerakan politik. 

Dalam wawancara khusus di studio Serambinews.com kemarin, Abu Razak yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal DPP Partai Aceh, menceritakan kilas balik kebersamaan dan kedekatannya dengan Muzakir Manaf alias Mualem. “Hubungan saya dengan Mualem sejak 1988 di Libya, dia pelatih saya,” kata Abu Razak. 

Ia melanjutkan cerita, Muzakir Manaf mulai mengikuti pendidikan dan latihan militer di Libya pada tahun 1986, atau dua tahun lebih awal dari dirinya. Saat Abu Razak masuk pendidikan, Muzakir Manaf menjadi salah satu orang yang melatih mereka. Para pelatih ini dipanggil dengan nama Muallim. “Jadi panggilan Mualem itu berasal dari sana, yang berarti sebagai pelatih atau guru lah,” ungkap Abu Razak.

Halaman
123

Berita Terkini