Laporan Aulia Prasetya | Sabang
SERAMBINEWS.COM, SABANG - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sabang kembali menjadi sorotan.
Bukan karena peningkatan layanan atau inovasi, melainkan karena buruknya pelayanan yang seolah menjadi standar.
Serta kegagalan institusi kesehatan ini dalam memberikan kontribusi signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Buruknya pelayanan RSUD Sabang bukan sekadar keluhan masyarakat semata, tetapi telah menjadi realitas yang menyakitkan.
Tahun demi tahun, alih-alih membaik, kondisi pelayanan justru semakin terpuruk.
Salah satu kasus yang menggambarkan bobroknya sistem terjadi pada 2 Februari 2024 lalu, pukul 03.00 WIB dini hari.
Seorang pasien dalam kondisi kritis yang harus segera dirujuk ke Banda Aceh malah tertahan.
Penyebabnya, keluarga pasien dipaksa membayar Rp 1.800.000 di tempat agar bisa diberangkatkan menggunakan kapal non-reguler yang harus mereka biayai sendiri.
Di saat nyawa bergantung pada detik, RSUD justru bertransaksi tanpa empati.
Tak hanya menyajikan pelayanan yang mengecewakan, RSUD Sabang juga gagal memenuhi target kontribusi terhadap PAD.
Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Kota Sabang, Jufriadi, SE mengungkapkan, bahwa realisasi pendapatan RSUD tak pernah mencapai target yang telah ditetapkan.
Pada tahun 2023, RSUD Sabang ditargetkan menyumbang Rp 24,4 miliar, ke PAD Kota Sabang.
Namun, angka yang tercapai hanya Rp 20,1 miliar, atau 82,56 persen dari target.
Keadaan semakin memburuk di tahun 2024, di mana dari target yang sama, realisasi pendapatan malah anjlok ke angka Rp 18,6 miliar atau hanya 76,18 persen.