Jurnalisme Warga

Gaung Ramadhan dari Sudut Asrama Dayah Miftahul Ulum

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

NURFITRIYA RAHMI, Volunteer Dayah Miftahul Ulum Aceh Utara, melaporkan dari Tanah Luas, Aceh Utara

Setelah menunaikan shalat Tarawih secara berjemaah, kegiatan, para santri melanjutkan aktivitas dengan belajar dan mengkaji kitab-kitab kuning di bale (ruang belajar) pengajian, sebagaimana tradisi yang telah berlangsung sejak lama.

Dalam suasana yang penuh ketenangan dan keberkahan malam Ramadhan, para santri dengan tekun mendalami kitab-kitab kuning khususnya pendalaman nahu sharaf dan tahsin Qur’an di bawah bimbingan langsung para guru dayah yang berpengalaman.

Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran Islam, tetapi juga melatih ketekunan, kedisiplinan, serta kecintaan terhadap ilmu. Dengan metode pengajaran yang interaktif dan suasana yang kondusif, para santri dapat berdiskusi, bertanya, serta menghafal berbagai materi penting.

Kehangatan kebersamaan serta semangat belajar yang tinggi menjadikan suasana belajar di malam Ramadhan semakin bermakna dan penuh keberkahan.

Para santri Dayah Miftahul Ulum ini  berasal dari keluarga kurang mampu dan yatim di daerah pinggiran Aceh Utara dan Aceh Timur. Mereka dibina secara maksimal dan digratiskan biaya konsumsi, pendidikan, dan sebagainya. Untuk tahun ini, pihak dayah sudah melakukan kerja sama dengan SMP Negeri 1 Tanah Luas yang membuka kelas jauhnya di dayah ini. Jadi, para santri  melaksanakan kegiatan belajar sekolah berdasarkan kurikulum dari Kemdikdasmen di ruang kelas di dayah.

Adapun pelajaran di Dayah Miftahul ‘Ulum merujuk pada kurikulum salafiyah, sebagaimana yang berlaku di berbagai dayah di Aceh. Kurikulum ini berfokus pada pembelajaran kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan utama dalam memahami ilmu keislaman secara mendalam.

Para santri mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, fiqh, tasawuf, tafsir, hadis, nahwu, dan sharf, yang diajarkan secara sistematis sesuai dengan jenjang pemahaman mereka.

Pembelajaran dilakukan dengan metode bandongan, sorogan, dan halaqah, di mana para santri tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga aktif dalam menghafal, memahami, serta mengamalkan ilmu yang mereka peroleh.

Dengan pendekatan ini, para santri diharapkan mampu menguasai ilmu agama secara menyeluruh serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kurikulum salafiyah ini juga membentuk karakter santri agar lebih disiplin, tawaduk, serta memiliki adab yang baik dalam menuntut ilmu. Sebagai warisan keilmuan yang telah berlangsung selama berabad-abad, kurikulum ini tetap relevan dalam membentuk generasi muslim yang berakhlak mulia, berilmu, dan siap berkontribusi bagi masyarakat.

Oleh karena itu, Dayah Miftahul ‘Ulum terus mempertahankan sistem pendidikan ini sebagai bagian dari komitmennya dalam melahirkan ulama dan cendekiawan muslim yang berpegang teguh pada ajaran Islam.

Sungguh banyak peluang pahala yang akan kita petik di dalam mengisi bulan Ramadhan ini, selain melakukan puasa di siang hari. Pada malam harinya kita  menunaikan shalat Tarawih yang shalat sunat ini tidak ada pada bulan-bulan selain  Ramadhan, serta kegiatan ibadah lainnya.

Para santri juga memiliki cara tersendiri untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.  Mereka memilih sudut-sudut asrama, di bawah pepohonan, di atas balai, atau tempat lainnya yang mereka rasa nyaman untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.

Sungguh mulia program ini yang dicanangkan oleh pimpinan dayah. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap agamis yang lebih kental lagi di samping tujuan utama agar para santrinya tidak “meuwet-wet” (berkeliaran tanpa arah) di kampung halamannya apabila kegiatan di dayah tidak dilaksanakan. Hal ini tidak lepas dari upaya untuk mencetak sikap (attitude) anak-anak generasi Aceh ini yang berakhlak mulia, beretika, serta paham agama.

Kegiatan ini dilaksanakan pada 28 Februari–26 Maret 2025. Berakhirnya gema Ramadhan ini beriringan dengan akan berakhir pula Ramadhan tahun 2025 ini dan kini sudah berlangsung lebih dari setengah masa dari 'full' jadwal kegiatannya.

Semoga dengan program ini akan terwujud Agam dan Inong selaku generasi Islam Aceh yang tangguh, disiplin, berakhlak mulia, agamis, dan mampu bersaing di dunia global yang semakin kompetitif.  

Berita Terkini