RAMADHAN MUBARAK

Membangkitkan Semangat Pengabdian untuk Umat

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dr Tgk Muslem Hamdani, MA. Ketua Pimpinan Wilayah PERGUNU Aceh

Oleh Dr Tgk Muslem Hamdani, MA. Ketua Pimpinan Wilayah PERGUNU Aceh

Ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada shalat, puasa, atau ibadah ritual lainnya, tetapi juga mencakup segala bentuk pengabdian yang dilakukan dengan niat karena Allah. Pengabdian kepada Allah bisa kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bekerja, menuntut ilmu, maupun melayani masyarakat.

Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk senantiasa berbuat baik dan mengabdikan diri kepada umat. Pengabdian bukan sekadar kewajiban, tetapi merupakan bentuk manifestasi iman dan ketaatan kita kepada Allah. Allah telah menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya dan memberikan manfaat bagi sesama. 

Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi yang memiliki tanggung jawab besar dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Dalam tafsir ayat ini, menegaskan bahwa manusia dan jin diciptakan untuk mengabdi kepada Allah. Penghambaan ini diwujudkan dalam bentuk ketaatan, baik dalam ibadah ritual maupun dalam aktivitas oengabdian sehari-hari. 

Dengan memahami makna ayat ini, kita dapat menjalani hidup dengan penuh kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus selalu dalam bingkai ibadah kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruqutni).

Hadis ini menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak hanya diukur dari ibadah individualnya, tetapi juga dari sejauh mana ia bermanfaat bagi orang lain.

Meskipun demikian, dalam kehidupan, sering kali kita berbuat baik, mengabdi, dan berusaha memberikan manfaat bagi orang lain. Namun, tidak jarang pengorbanan kita tidak dihargai, bahkan diabaikan. 

Mungkin kita membantu seseorang, tetapi tidak mendapatkan ucapan terima kasih. Mungkin kita bekerja keras untuk kebaikan, tetapi tidak mendapatkan pengakuan. Jika hal ini terjadi, sebenarnya hati kita sedang diuji. Di uji dengan rasa kecewa, lelah, bahkan keinginan untuk berhenti berbuat baik. Tapi, sebagai seorang mukmin, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Untuk siapa sebenarnya kita berbuat baik?

Allah berfirman dalam Surah Al-Insan ayat 9: Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya karena mengharap wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak (pula) ucapan terima kasih darimu.

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa segala bentuk pengabdian dan kebaikan seharusnya dilakukan ikhlas karena Allah, bukan karena ingin dipuji atau dihargai oleh manusia. Jika kita menggantungkan niat pada penghargaan manusia, maka ketika penghargaan itu tidak datang, semangat kita akan runtuh.

Maka untuk menumbuhkan semangat pengabdian dalam diri kita, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan:

1. Meluruskan niat, artinya segala bentuk pengabdian harus dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya. (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Ingat bahwa setiap kebaikan ada balasannya, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala kebaikan yang dilakukan seorang mukmin, meskipun hanya sekecil biji sawi. (HR. Muslim).

3. Memulai dari hal kecil, artinya pengabdian tidak harus dengan hal besar, tetapi bisa dimulai dari hal yang kecil, misalnya membantu tetangga, menyantuni fakir miskin, dan lain sebagainya.

Halaman
12

Berita Terkini