SERAMBINEWS.COM-Harga emas bersiap untuk mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari dua bulan pada hari Jumat (2/5/2025), seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Kondisi ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menurun.
Sementara itu, pasar saat ini tengah menunggu rilis laporan ketenagakerjaan nonpertanian (nonfarm payroll) AS yang dijadwalkan pada malam ini waktu Indonesia.
Dilansir dari kantor berita Reuters (2/5/2025), harga emas spot stabil di kisaran $3.239,15 per ons pada pukul 09.06 WIB, sementara harga emas berjangka AS tercatat naik tipis 0,8 persen ke posisi $3.247,90 per ons.
Meski demikian, sepanjang minggu ini emas telah kehilangan lebih dari 2 persen, yang merupakan penurunan mingguan paling tajam sejak akhir Februari.
"Harga sedang beristirahat, dan maksud saya, para pesimis sekarang mulai mengambil alih. Dan karena itu, kami telah melihat pembelian eceran," kata Brian Lan, Direktur Pelaksana GoldSilver Central yang berbasis di Singapura.
Baca juga: Ukraina Kasih Akses Mineral, AS Gelontorkan Dana Rekonstruksi! Deal Strategis Trump Tuntas
Penurunan harga emas ini terjadi seiring dengan tanda-tanda meredanya perang dagang antara AS dan China.
Menurut Kementerian Perdagangan China, AS telah membuka komunikasi dengan China untuk membahas tarif impor sebesar 145 persen yang sebelumnya ditetapkan oleh Presiden Donald Trump.
Beijing pun menyatakan bahwa mereka membuka diri terhadap negosiasi lebih lanjut.
“Tarif sedang dilonggarkan, baik AS maupun China lebih bersedia mendengarkan dan mengambil langkah mundur, yang membebani harga emas,” lanjut Lan.
Sebagai informasi, emas merupakan salah satu aset yang biasanya diburu investor saat terjadi ketidakpastian politik dan ekonomi.
Harga emas batangan bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi $3.500,05 per ons pada 22 April lalu, didorong oleh kekhawatiran akan gejolak ekonomi global.
Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Ambruk! Turun Rp110 Ribu per Mayam, Ikuti Gejolak Global!
Namun kini, fokus investor bergeser ke data ketenagakerjaan AS.
Laporan nonfarm payrolls untuk bulan April akan dirilis pada pukul 12.30 GMT (19.30 WIB) dan sangat dinanti sebagai acuan untuk langkah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) ke depan.
Menurut survei Reuters, diperkirakan ekonomi AS akan menciptakan 130.000 lapangan kerja baru pada April, turun dari 228.000 di bulan Maret.
Tingkat pengangguran diperkirakan tetap stabil di angka 4,2 persen.
Sementara itu, aktivitas manufaktur di AS kembali mengalami kontraksi untuk bulan kedua berturut-turut pada April.
Tarif impor yang tinggi turut membebani rantai pasokan dan menyebabkan harga di tingkat pabrik tetap tinggi.
Beberapa perusahaan bahkan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai langkah efisiensi.
Pasar logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan positif. Harga perak spot naik 0,5 persen menjadi $32,57 per ons, platinum menguat 0,8 persen menjadi $966,59, dan paladium naik 0,9 persen ke level $948,74.
Sementara itu, pasar China masih tutup karena libur Hari Buruh yang berlangsung dari 1 hingga 5 Mei, dan akan kembali aktif pada Selasa, 6 Mei mendatang.
Baca juga: Harga Emas Terkapar! Trump Bikin Pasar Goyang dengan Manuver Mengejutkan
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)