Hal ini akan membuat tubuh sekadar memiliki karbohidrat untuk menghasilkan energi, tetapi tidak dilengkapi sumber zat pembangun dan pengatur.
Zat pembangun adalah protein, berupa lauk hewani dan nabati.
Baca juga: Mana yang Berbahaya Antara Mie Instan dan Bumbunya? Simak Cara Bikin Mi instan jadi sehat
Sementara zat pengatur, terdiri dari buah dan sayur. Untuk membangun tubuh yang sehat, bugar, dan ideal, perlu asupan gizi seimbang antara zat-zat tersebut.
Oleh karena itu, Toto mengatakan, mi instan, terlepas dari komponen mi atau bumbunya, perlu dibuat menjadi menu bergizi lengkap.
"Jika mau yang sehat, maka dibuat menu lengkap. Misalnya, mi ditambah telur, daging, atau ikan, ditambah sayur, dan lauk nabati," kata Toto, Kamis (4/1/2024), masih dikutip dari sumber yang sama, Kompas.com.
Berapa banyak boleh konsumsi mi instan?
Terkait berapa banyak yang dibolehkan untuk mengonsumsi mi instan juga sudah pernah dibahas oleh dr Tan Shot Yen jauh hari sebelumnya.
Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat ini menjelaskan, bahwa mie instan adalah salah satu produk ultra proses yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan apabila dikonsumsi tanpa literasi gizi.
Produk ultra proses seperti mie instan dianggap sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri karena praktis dan mudah didapat.
Namun, produk ultra proses justru bisa menyebabkan timbulnya beberapa masalah kesehatan seperti pencetus obesitas hingga gangguan gizi terutama pada tumbuh kembang anak.
"Istilah bahaya itu relatif. Gak ada orang makan mie instan lalu kejang-kejang atau langsung sakit. Nah, urusannya beda jika disebut berbahaya bila jadi kecanduan, terlalu sering, dan terlalu banyak. Karena itu, biasakan baca label dan pahami kebutuhan tubuh," kata Tan yang pernah dihubungi Kompas.com pada Selasa 15 Juni 2021 lalu.
Baca juga: Makan Mi Instan dan Nasi Sekaligus, Ketahui Jumlah Kalori yang Dikonsumsi
Tidak ada takaran pasti seberapa banyak mie instan yang bisa dikonsumsi oleh satu orang pada jangka waktu tertentu.
Tan menuturkan bahwa sedikit banyaknya jumlah mie instan yang bisa dikonsumsi tergantung pada derajat sensitivitas dan kecanduan seseorang.
"Celakanya, orang tidak tahu saat masalah itu datang karena kerap tidak bergejala seperti hipertensi hingga gangguan gizi. Sebab, mie instannya itu tidak mencukupi kebutuhan gizi harian," ujar Tan.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI