KUPI BEUNGOH

Jalur Sutera Uzbekistan

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Azwir Nazar (Tgk Turki) Pengasuh di Medrese Cahaya Aceh di Uzbekistan
Azwir Nazar (Tgk Turki) Pengasuh di Medrese Cahaya Aceh di Uzbekistan

Oleh Azwir Nazar*)

Alhamdulillah di akhir Syawal ini saya berkesempatan mengunjungi Asia Tengah. 

Melintasi jalur sutera sebagai pusat peradaban dan perdagangan dunia di masa lalu. 

Dari Kuala Lumpur kita dàpat menempuh penerbangan langsung selama 7,5 jam hingga sampai di Taskent, ibukota Uzbekistan. 

Negara bekas Uni Soviyet ini berpenduduk lebih 37 juta dengan 12 Provinsi (disebut viloyat) dan 1 republik otonom. 

Uzbekistan sebagai pusat Asia Tengah menjadi destinasi penting bagi yang ingin melancong atau berziarah di jalur sutera. 

Tasken sendiri adalah kota tua yang usianya lebih 2000 tahun. Memiliki sejarah yang panjang dan penaklukan sejak masa Persia. 

Dalam banyak literatur disebutkan bahwa Taskent dahulu terdiri dari rumah-rumah tanah liat serta menjadi salah satu pusatnya Asia Tengah. 

Kota ini pun pernah dilanda beberapa kali gempa  di masa lalu. 

Baca juga: Kesaksian Budayawan Aceh: Sehatnya Jalan Kaki Malaysia – Thailand dan Ramahnya Warga Lokal

Salah satunya Gempa tahun 1966 dengan magnitudo 5,2 SR dengan Taskent sebagai episentrumnya.

Gempa besar tahun 1966 itu telah membuat sebagian besar Taskent hancur lebur.  

Pemerintah Uni Sofyet kemudian membangun kembali Taskent dari titik nol dengan arsitektur khas Rusia. 

Makanya bila kita melihat tatanan Taskent sekarang menjadi sangat modern. 

Pohon-pohon rindang bejajar rapi sepanjang jalan. Ruas jalanan pun sangat lebar. 

Bangunan rumah, ruko, perkantoran  tertata sangat apik. Kotanya sangat bersih. 

Halaman
12

Berita Terkini