Biadab! Saat Warga Gaza Antre Makanan, Tembakan Israel Justru Menyambut
SERAMBINEWS.COM- Sebanyak 27 warga Palestina dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat tembakan dari pasukan Israel di dekat lokasi distribusi makanan di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada Selasa (3/6/2025).
Peristiwa tragis ini terjadi di tengah upaya masyarakat untuk mendapatkan bantuan makanan di wilayah yang dilanda perang dan kelaparan parah.
Dilansir dari kantor berita Reuters (3/6/2025), Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan bahwa insiden ini merupakan hari ketiga berturut-turut terjadinya kekacauan dan pertumpahan darah saat distribusi bantuan makanan.
Ini juga memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat kritis di wilayah tersebut.
Menurut militer Israel, pasukannya menembak ke arah sekelompok orang yang dianggap menyimpang dari jalur akses yang telah ditentukan menuju pusat distribusi di Rafah.
Baca juga: Harga Emas Mulai Turun Lagi, Efek Domino dari Drama Trump vs Xi Jinping?
Militer menegaskan bahwa mereka sedang menyelidiki kejadian ini lebih lanjut.
Dalam pernyataannya, militer menyebut bahwa pasukan mereka melihat sejumlah "tersangka" mendekat ke arah mereka dan melepaskan tembakan peringatan.
Ketika orang-orang itu tidak menjauh, pasukan menembakkan tembakan tambahan.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak korban adalah warga sipil yang sedang berusaha mencari makanan.
Rumah Sakit Lapangan Palang Merah Internasional di Rafah melaporkan menerima 184 korban pada hari itu.
Dari jumlah tersebut, 19 orang meninggal saat tiba di rumah sakit, dan 8 lainnya meninggal tak lama setelahnya karena luka serius.
Lebih dari 35 pasien lainnya membutuhkan penanganan medis darurat.
Baca juga: Gegara Trump dan Rusia, Harga Emas Melonjak, Investor Berlomba Cari Safe Haven
Bantuan Terhambat, Warga Semakin Menderita
Insiden ini terjadi saat Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung oleh Amerika Serikat mulai menjalankan distribusi bantuan makanan.
Pekan lalu, yayasan tersebut membuka pusat distribusi pertamanya dengan tujuan meringankan kelaparan yang semakin parah di Gaza.
Namun, cara distribusi yang tidak melibatkan organisasi kemanusiaan internasional menuai kritik keras dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga amal lainnya, karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar bantuan kemanusiaan.
Kelompok swasta yang menjalankan program bantuan ini mengklaim bahwa mereka mendistribusikan 21 truk bantuan makanan pada Selasa pagi secara aman dan tanpa insiden.
Namun, kenyataannya, terjadi penembakan di dekat lokasi distribusi, yang menewaskan puluhan orang. Ini bukan pertama kalinya.
Baca juga: Trump Mengamuk! Ancam Tarif 50 Persen untuk Uni Eropa & 25 Persen untuk iPhone Impor!
Pada hari Minggu, sedikitnya 31 warga Palestina dilaporkan tewas dalam situasi serupa.
Dan pada Senin, tiga warga lainnya juga menjadi korban tembakan.
Militer Israel membantah telah menargetkan warga sipil dan menyebut laporan-laporan ini sebagai "rekayasa Hamas".
Namun, bukti-bukti dan kesaksian di lapangan menunjukkan banyak warga sipil menjadi korban saat mereka hanya berusaha mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.
Baca juga: Ini Dia Asal Mula Tung Tung Tung Sahur, Ballerina Cappucina dan Mahluk Anomali Lainnya yang Viral
PBB Serukan Penyelidikan, Evakuasi Massal Berlanjut
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan bahwa dirinya "terkejut" dengan laporan tersebut.
Ia menyerukan penyelidikan independen untuk mengungkap kebenaran dan menilai tanggung jawab atas kematian warga sipil yang sedang mencari bantuan.
Sementara itu, militer Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga di beberapa wilayah di Khan Younis, yang juga berada di Gaza selatan.
Mereka diminta untuk berpindah ke wilayah Mawasi, yang disebut Israel sebagai zona aman.
Namun, banyak organisasi kemanusiaan, termasuk PBB, menegaskan bahwa tidak ada wilayah yang benar-benar aman di Gaza.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka dan hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
Baca juga: Gelombang Baru COVID-19 Ancam India! Varian Belum Terungkap, Warga Diminta Waspada!
Pihak berwenang Gaza memperingatkan bahwa evakuasi besar-besaran ini dapat mengganggu operasional Rumah Sakit Nasser, satu-satunya rumah sakit besar yang masih berfungsi di bagian selatan.
Jika rumah sakit ini berhenti beroperasi, nyawa banyak pasien yang sedang dirawat bisa terancam.
Korban Perang Terus Bertambah
Perang di Gaza dipicu oleh serangan pada 7 Oktober 2023, ketika kelompok bersenjata yang dipimpin Hamas menyerang wilayah Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang serta menyandera lebih dari 250 lainnya, menurut catatan pihak Israel.
Sejak saat itu, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 54.000 warga Palestina telah tewas sejak konflik dimulai.
Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Kembali Meroket! 3 Juni 2025 Dijual Segini per Mayam
Angka ini terus bertambah seiring serangan dan bentrokan yang masih berlangsung.
Situasi di Gaza saat ini sangat genting.
Di tengah ancaman kekerasan dan ketakutan akan serangan, warga sipil harus berjuang untuk mendapatkan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Bantuan kemanusiaan yang seharusnya menjadi penyelamat justru kini menjadi titik rawan yang membawa risiko kematian.
Baca juga: 367 Rudal dan Drone Menghujani Ukraina! Zelenskiy Teriak, Trump Ledakkan Emosi pada Putin!
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)