"Akses ke Singkil Lama sudah tertutup, padahal turis sangat senang ke Singkil Lama," kata Andang pemandu lokal wisatawan petualang Eropa, Selasa (5/8/2025).
Penyebab alur sungai tertutup lantaran sempat terjadi penurunan jumlah pengunjung ke Singkil Lama, 2023 lalu.
Uji Nyali
Serambinews.com, sebelum alur pelayaran tertutup semak, sudah berkali-kali mengunjungi Singkil Lama.
Baik malam hari untuk uji nyali melihat buaya di alam liar, maupun siang untuk telusuri sisa-sisa peradaban Singkil Lama.
Baca juga: Rp 500 Ribu untuk Lihat Buaya Aceh Singkil, Petualang Eropa Memang Beda
Kunjungan uji nyali dilakukan 2017 lalu. kala itu, awan kelabu petang iringi laju perahu menuju Singkil Lama.
Kelokan demi kelokan sungai dipagari rimbun pohon nipah dilalui. Satu per satu anak buaya dengan panjang kira-kira semeter terlihat memejam mata di antara celah rimbun nipah.
Siang berganti gelap malam, awan kelabu berbuah jatuhan hujan. Inilah saatnya menguji adrenalin, menyaksikan fenomena satwa liar bergigi mirip gergaji.
Jantung seketika berdenyut kencang membentur ulu hati, manakala deretan kilauan mata merah berbaris, beradu sorot lampu senter yang diarahkan ke sungai.
Mata merah itu, merupakan gerombolan buaya yang sedang intai mangsa.
Pantaslah petualang Eropa, jauh-jauh datang ke Singkil untuk melihat gerombolan buaya liar dari jarak dekat.
Baca juga: Fenomena Buaya Rawa Singkil, Antara Konflik Manusia dan Potensi Wisata Kegemaran Bangsa Eropa
Lantaran memberikan sensasi tak biasa, terutama dalam menguji seberapa kuat nyali seorang petualang.
Sementara menelusuri jejak Singkil Lama, dilakukan siang hari pertengahan 2021 lalu.
Pelayaran siang hari melewati kelok sungai dihantar suara burung murai serta kacer.
Sampai di dekat muara perahu menepi untuk jalan ke sisi sebelah Timur pantai.