Berita Langsa

Peneliti Unsam Cari Jejak Makam Chik Ma’ad Muda Tiro di Pedalaman Pidie

Penulis: Zubir
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAKAM - Makam Chik Ma’ad Muda Tiro, cucu dari Sykeh Saman Tiro, makam bagian barat Chik Ma’ad dan Chik Mahyiddin Tiro, serta pendamping Chik Mayed, di Gunong Halimon Blang Pandak, Tangse, Kabupaten Pidie.

Setelah melewati Gunung Halimon, peneliti mula-mula sekali menuju ke lokasi makam Chik Ma’at Tiro adalah adik kedua dari Chik Mahyiddin Tiro atau putra terakhir dari Tgk. Chik Muhammad Amin Tiro bin Chik Muhammad Saman Tiro, yang sangat ditakuti oleh serdadu Belanda dalam perang Aceh (1881-1891).

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Pusat Kajian Sejarah Universitas Samudra (Unsam), kembali meneliti lokasi Makam Chik Ma’at Tiro, di Kecamatan Tangse Pendalaman Pidie, Senin (4/8/2025). 

Ketua Tim Kajian Sejarah Unsam, Dr Usman, MPd, Kamis (7/8/2025), menyebutkan, jarak tempuh Beureunuen - Tangse adalah sekitar 58 km, melalui rute Lam-Meulo-Keumala Dalam, hingga melewati penggunungan udara/hawa dingin.

Dengan rute yang berkelok-kelok dan pebukitan mendaki sekitar kaki gunung Halimon, Kabupaten Pidie, melalui hamparan persawahan dan puncak bukit yang berpadu pandang dengan lembah yang hawa sejuk sangat terasa dinginya.

Setelah melewati Gunung Halimon, peneliti mula-mula sekali menuju ke lokasi makam Chik Ma’at Tiro adalah adik kedua dari Chik Mahyiddin Tiro atau putra terakhir dari Tgk. Chik Muhammad Amin Tiro bin Chik Muhammad Saman Tiro, yang sangat ditakuti oleh serdadu Belanda dalam perang Aceh (1881-1891).

Teungku Chik Maat di Tiro salah satu pemuda yang masih berusia 16 tahun yaitu menggantikan posisi pamannya, Teungku Chik di Tiro Mahjeddin yang syahid dalam pertempuran di Gunung Halimon pada 5 September 1910.  

Sebelum memburu Teungku Chik Maat, panglima operasi tentara Belanda namanya Schmidt, yang menjadi komandan dalam mencari para Ulama Tiro yaitu yang terakhir bernama Ma’at Tiro. 

Baca juga: Dosen Unsam Langsa Latih Wanita Aceh Tamiang Inovasi Olahan Lidi Sawit

Usahanya melanjutkan perjuangan orang tua Chik Muhd. Amin dan abagnya Chik Mahyiddin Tiro.

Usai syahid abangnya dari serdadu Belanda di Lembah pegunungan Tangse, kemudian dilanjutnya adiknyua Muhd. Amin, dan ia tampil sebagai kesatria keturunan dari Ulama Besar Tiro (Syekh Saman).

Dengan jati dirinya yang tulus berjuang seorang satria dalam usaha mempertahankan kedaulatan Aceh dari kejaliman penjajahan kafir Belanda bagian dari perjuangan endatu sejak Iskandar Muda hingga sultan terakhir Tuanku sultan Muhd. Daud Syah.

Kemudian diteruskan oleh keturunan para Ulama Tiro, yang terakhir Tgk Chik Ma'at Tiro, sebagai jati diri yang kental dengan spirit leluhurnya menolak "penjajahan Belanda".

Menurut HC Zentgraaff, bahwa “Tiga Serangkai” dari putra Teungku Syeh Saman Tiro dan beberapa orang cucunya, yaitu Teungku di Buket, Teungku Mayed dan Teungku Lam Bada.

Disebut terakhir syahid kena peluru Darlang dekat Alue Keune, pada Ahad, 3 Desember 1911 di Gunung Halimon Tangse bernama Teungku Chik Mayed Tiro yang jenazahnya dipusarakan bagian selatan mesjid di Tangse, juga terdapat dua makam syuhada, di sampingnya. 

Baca juga: Targetkan Jadi Sentra Telur Asap di Aceh Tamiang, Dosen Unsam Langsa Latih KWT Sekerak Kanan

Makamnya dirahasiakan, apabila ada orang yang ingin mengetahuinya, tentu dijawablah bahwa pusara itu uleebalang Tangse.  

Halaman
12

Berita Terkini