Pasukan ini dikenal sebagai pasukan khusus yang terlatih untuk perang gerilya.
Sering kali digambarkan sebagai pasukan yang kejam dan brutal dalam penumpasan perlawanan rakyat Aceh.
Baca juga: Kerajaan Aceh Punya Dua Istana, Begini Kisah Sultan Mengungsi dari Kraton ke Keumala Dalam
Jejak-jejak atau bukti pasukan Marsose Belanda selama operasi militer di pendalaman Pidie, antara lain di Gampong Blang Malo, Tangse, Aceh.
Yaitu sebuah bangunan tempat duduk serdadu Belanda, yang terbuat dari beton disebut “Panteu Marsose” yang dibangun sekitar tahun 1925,
Saat ini area itu sudah menjadi kebun milik Zakaria Saman atau Apa Karya, mantan tokoh pejuang GAM, yang berada di Dusun Kuala Panteu, yaitu jelang pendakian ke lembah penggunungan Tangse.
Di buku-buku tentang sejarah Aceh, baik karangan H.C. Zentraaff dan Muhammad Said, dilihat bukti-bukti serdadu Marsose Belanda menjelajahi rute Blang Malo serta Tangse.
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (VIII) - Al Mukammil: Soft Power dan Dansa Diplomasi
Sebagian bangunan Belanda itu masih tersisa sampai sekarang, seperti Panteu Marsose dan Asrama Belanda di Keude Tangse.
Belanda dengan susah payah tiba di dataran Tangse di ketinggian 600-1200 meter di atas permukaan laut/mdpl.
Tidak hanya itu, tentara Kolonial juga sampai di Mane dan Geumpang serta menaklukan Gunong Puet Sago di ketinggian 2431 mdpl.
"Bahkan masih ada bekas konstruksi jembatan Lhok Kuala perbatasn Tangse-Gumpang atau Gampong Blang Jambo Mie," tutup Dr. Usman. (*)
Baca juga: Ini Enam Bukti Sejarah Kejayaan Kerajaan Aceh Masa Sultan Iskandar Muda Antara 1607-1636 M