Lalu pada bagian selatan berbatas dengan Gunong Ulee Gunong/Cot Lombo atau bahasa Belanda "Landbouw" yang berarti tanah pertanian, dan bagian utara berbatas dengan Gampong Krueng Meriam dan Krueng Seuke.
Menurut keterangan tokoh di Tangse, Syarbaini Yusuf (54), dijelaskan bahwa keberadaan Markas Serdadu Marsose Belanda di Tangse dengan posisinya yaitu sebelah Utara Gampong Krueng Meurindu.
Baca juga: Ancaman Bom Sisa Perang Aceh
Selain itu, saat melakukan penelitian, Tim Peneliti Sejarah Unsam ini juga menemukan bukti-bukti situs historis dari bekas tinggalan/aset Asrama Serdadu Marsose Belanda di pendalaman Penggunungan Tangse.
Yaitu 2 unit kolam renang Belanda yang sekarang dijadikan sawah, 1 unit lapangan bola voli, 3 unit salinan permandian, 1 kuburan Belanda, 1 unit bekas perumahan Belanda/bekas asrama Belanda dan 1 unit WC.
Juga terdapat 1 bangunan mess tempat tinggal sementara untuk serdadu/tentara atau anggota serdadu marsose, 1 unit lokasi benteng pertahanan atau tempat berlindung.
Lalu, 1 lapangan latihan serdadu yang sekarang difungsikan sebagai aktivitas lapangan upacara HUT RI setiap tahun di Kecamatan Tangse.
Termasuk bekas asrama serdadu Marsose Belanda yang sekarang bekas asrama Belanda dihuni oleh anggota TNI.
Selain itu bahwa keberadaan markas terbesar kedua di pendalaman Tangse Pidie pendalaman Aceh adalah yang terbesar kedua, setelah markas besar serdadu Belanda di Kutaraja kala itu.
Markas itu adalah sebagai upaya pertahanan kolonial Belanda di Aceh dalam menahan/menangkal aksi dari gerakan Gerilyawan Chik Mahyeddin dan Chik Ma’ad Tiro kala itu.
Bahkan di daerah pendalaman dimaksud merupakan salah satu markas yang dianggap sangat efektif dan strategis serta memiliki pengaruh besar di Aceh.
Baca juga: Makmeugang: Tradisi Bansos ala Sultan Aceh
Terutama dalam konteks perencanaan atau tindakan untuk mencapai keberhasilan dalam tindakan mengantisipasi aksi-aksi gerilyawan atau pejuang Muslimin Aceh kala itu.
Konon dari hal tersebut, diantara beberapa perwira Marsose yang berperan penting dalam operasi di wilayah Pidie sebagai antisipasi aksi gerilyawan Aceh ini, adalah Letnan Darlang dan Letnan Jenee.
Pasukan khusus
Sementara Komandan Operasi Lapangan Serdadu Marsose dipimpin oleh Kapten J.J. Schmidt di wilayah Tangse dan Geumpang Pidie yang sangat kejam.
Serdadu Marsose Belanda tidak hanya sekedar membangun tangsi atau asrama di Tangse.
Namun juga rumah perwira dengan fasilitas kolam bertingkat di sekitar alur Krueng Muko, Keude Tangse.