"Mereka mungkin sudah meninggal, mungkin karena saya sudah 62 tahun, tapi mungkin masih ada juga," timpalnya.
Perjalanan Hidup
Dalam acara tersebut yang juga bertepatan dengan hari uoang tahunnya ke-62, Hidayat Arsani juga menceritakan perjalanan hidupnya.
Dari sejak kecil, Hidayat mengaku hidup dalam kondisi susah.
Cita-citanya waktu itu hanya ingin jadi sopir truk atau sopir angkot.
Baca juga: Mualem: Dulu Kita Berkiblat ke Medan dan Jakarta, Kini ke Kuala Lumpur dan Penang
Baca juga: Gadis Pidie Jadi Korban TPPO, Dipaksa Layani Pria Bejat dalam Mobil, Pelaku Raup Rp 4 Juta Sehari
"Karena watu itu saya pikir tidak mungkin saya bisa hidup seperti ini, tidak mungkin saya bisa kuliah, tidak mungkin saya bisa sekolah,"
"Tetapi ternyata Allah itu maha pengasih maha penyayang kepada umatnya,"
"Ternyata saya diberikan amanah yang luar biasa. Pertama saya wakil gubernur, kedua saya gubernur," ujar Hidayat.
Hidayat mengibaratkan hidupnya seperti besi ketemu besi.
Ia pernah menjadi tukang pikul barang, tukang gali sumur, dan tukang aspal jalan.
"Apapun saya tempukan demi mencari sesuap nasi untuk saya sendiri," tuturnya.
Kelas 3 SD, Hidayatmengaku berjualan es, jual tempe, jual sayur, dan jual ikan.
Kelas 4 sampai kelas 6 ia menjadi pedagang kaki lima.
"Saya penjual minyak dari Gabek sampai Semabung. Mikul minyak, dan orang yang punya minyak masih hidup sampai hari ini," ungkapnya.
Baca juga: Tak Ada Malunya, Israel Akui 63 Situs Bersejarah Palestina sebagai Warisan Yahudi
Baca juga: Temui Wali Nanggroe, Konsul Jenderal Jepang Akui Hal Ini ke Tgk Malik Mahmud
Hidayat juga pernah bekerja memikul batu, dari Selindung sampai Gabek, dan juga masih hidup pemborongnya.
"Saya gali bandar, gali sumur, gali bandar nembok tanah dan masih ada orangnya, saksi hidupnya," imbuh Hidayat lagi.