Meski tak semua sepakat dengan langkah politiknya, banyak yang mengakui bahwa Ayah Sop membawa harapan baru: bahwa ulama bisa menjadi aktor perubahan, bukan sekadar penonton sejarah.
Tapi takdir berkata lain.
Pada tanggal 6 September 2024, Allah memanggil kembali hambaNYA.
Kepulangan Ayah Sop meninggalkan duka mendalam bagi Aceh.
Puluhan ribu orang mengiringi jenazahnya pulang ke Jeunieb, bukan hanya sebagai penghormatan, tapi sebagai pengakuan atas warisan yang beliau tinggalkan, warisan keberanian, keterbukaan, dan cinta yang tak henti-hentinya pada Aceh dan rakyatnya.
Kini, nama Tu Sop bukan hanya dikenang di dayah dan masjid, tapi juga di ruang-ruang diskusi, di lembaran kebijakan, dan di hati mereka yang percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari satu suara yang jernih dan satu langkah yang tulus.
*) PENULIS adalah Pemimpin Redaksi Harian Serambi Indonesia. Anggota PWNU Aceh, dan aktivis KWPSI.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI