Citizen Reporter
Jabal Uhud: Bukit Cinta, Syahid, dan Keabadian
Kami juga menyempatkan diri mengunjungi salah satu tempat yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Islam, yaitu Jabal Uhud.
MAHLIZAR, S.Pd., Guru SMKN 1 Julok dan Pengurus IGI Daerah Aceh Timur, melaporkan dari Madinah, Saudi Arabia
SETELAH menyelesaikan serangkaian ibadah umrah yang khusyuk dan penuh haru di Masjidil Haram, Makkah, kami melanjutkan perjalanan spiritual menuju Kota Madinah. Tujuan utama kami adalah menziarahi makam junjungan alam, Nabi Muhammad saw., serta mengunjungi jejak-jejak perjuangan beliau yang masih lestari di Bumi yang penuh berkah ini.
Sepanjang perjalanan menuju Madinah, pemandangan yang tersaji begitu menakjubkan. Pergunungan batu terbentang luas dengan tekstur kering dan terjal yang seolah tak berujung.
Saya membayangkan betapa berat perjuangan Rasulullah ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, melintasi jalur pergunungan yang panas, gersang, dan nyaris tak ada pohon sebagai tempat berteduh.
Namun, di tengah kondisi yang demikian, Rasulullah tetap tegar membawa cahaya Islam untuk menyinari dunia.
Dalam perjalanan tersebut, mutawwif kami menunjuk ke sebuah gua di atas gunung yang kami lewati. “Itulah Gua Hira, tempat Rasulullah menerima wahyu pertama dari malaikat Jibril,” ujarnya. Mendengar itu, hati saya bergetar.
Dari kejauhan, saya memandangi tempat yang begitu bersejarah itu sambil merenungkan bagaimana Rasulullah rela mengasingkan diri di tempat sunyi, tinggi, dan tanpa penghuni, demi menjalankan perintah Allah Swt.
Sesampainya di Madinah, kami menunaikan shalat Subuh pertama di Masjid Nabawi. Suasana hening dan damai menyelimuti hati. Usai shalat, langkah kami lanjutkan untuk berziarah ke makam Rasulullah.
Di sinilah saya tak mampu menahan air mata. Menyampaikan salam langsung kepada Baginda Nabi Muhammad saw., Abu Bakar As-Shiddiq, dan Umar bin Khattab adalah momen yang sungguh tak ternilai. Rasa rindu yang sekian lama terpendam, akhirnya tertumpah dalam sujud dan doa.
Jabal Uhud
Ziarah kami di Madinah tidak berhenti sampai di situ. Kami juga menyempatkan diri mengunjungi salah satu tempat yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Islam, yaitu Jabal Uhud.
Gunung ini tak hanya menawarkan keindahan lanskap, tetapi juga sarat makna dan kisah perjuangan para syuhada yang mempertahankan agama Islam dengan darah dan nyawa.
Jabal Uhud terletak sekitar 5 kilometer di utara Kota Madinah, mudah dijangkau oleh para jemaah haji dan umrah. Gunung ini disebut "Uhud" karena letaknya yang menyendiri, tidak tersambung dengan rangkaian pergunungan lainnya. Oleh sebab itu, penduduk Madinah menyebutnya sebagai "Jabal Uhud", yang berarti "Gunung yang Menyendiri."
Warna batunya yang kemerahan memberikan kesan khas, berbeda dari kebanyakan gunung lainnya. Berdasarkan informasi yang saya peroleh, Jabal Uhud memiliki ketinggian sekitar 1.005 meter dan membentang sejauh kurang lebih 7 kilometer. Gunung ini bukan sekadar batu dan tanah, melainkan juga saksi bisu sebuah peristiwa besar yang mengguncang sejarah umat Islam, yakni Perang Uhud.
Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal tahun ke-3 Hijriah, antara pasukan kaum muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah saw. melawan pasukan kaum musyrikin Quraisy.
Dalam perang ini, kaum muslimin mengalami kekalahan, bukan karena kekuatan musuh, melainkan karena kelengahan pasukan pemanah yang meninggalkan posisi mereka demi berebut harta rampasan, meskipun telah dilarang Rasulullah. Itu menjadi pelajaran besar bagi umat Islam sepanjang zaman.
Peristiwa ini menelan korban jiwa sebanyak 70 orang syuhada. Mereka gugur demi melindungi Rasulullah saw. dari serangan musuh. Salah satu syuhada yang paling dikenal adalah Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah yang dikenal dengan keberaniannya. Jasad para syuhada ini dimakamkan di kaki Jabal Uhud dan hingga kini menjadi salah satu tempat ziarah yang penuh hikmah.
Menurut beberapa riwayat, dahulu Kota Madinah pernah dilanda banjir besar yang merusak sebagian area pemakaman para syuhada. Saat air surut, jenazah para syuhada terlihat keluar dari makam mereka. Yang menakjubkan, jenazah-jenazah tersebut masih utuh, darahnya mengalir, dan harum semerbak, ini merupakan tanda kemuliaan para syahid yang dijanjikan surga oleh Allah Swt.
Warga Madinah saat itu sempat berniat memindahkan jenazah para syuhada ke pemakaman yang lebih aman di pusat kota. Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Gunung Uhud disebut-sebut ikut "bergerak" mengikuti jenazah yang hendak dipindahkan, seolah tidak rela berpisah dengan mereka yang telah gugur di sisinya.
Peristiwa ini membuat masyarakat mengurungkan niat tersebut. Hingga kini, makam para syuhada tetap berada di kaki Jabal Uhud, dijaga dan diziarahi oleh jutaan umat Islam dari seluruh dunia.
Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya, Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami juga mencintainya.”
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Bukit Uhud adalah salah satu bukit dari bukit-bukit surga.” (HR. Bukhari)
Kesakralan Jabal Uhud semakin terasa ketika kita mendengar kisah bagaimana gunung itu pernah bergetar saat Rasulullah saw. berdiri di atasnya bersama tiga sahabat terdekatnya: Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Gunung Uhud bergetar, dan Rasulullah menenangkan dengan berkata,“Tenanglah wahai Uhud, di atasmu ada nabi, seorang siddik, dan dua orang syahid.”
Kisah ini menunjukkan betapa besar cinta Jabal Uhud terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Cinta yang tidak hanya simbolik, tetapi juga berbalas dengan pengorbanan dan penghormatan yang tak lekang oleh waktu.
Alhamdulillah, pada kesempatan umrah kali ini, saya bersama rombongan jemaah dari Dinar Meutuah Lhoknibong, yang dipimpin oleh Tgk Samsul Bahri (Walidi), berkesempatan mengunjungi tempat penuh hikmah ini. Kami berdiri di kaki Jabal Uhud, menatap ke atas dengan rasa haru dan khusyuk.
Di tempat inilah darah para syuhada mengalir demi Islam. Di tempat inilah cinta dan pengorbanan bersatu menjadi satu kisah besar yang tak lekang oleh zaman.
Kami menziarahi makam para syuhada, terutama Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, dengan penuh kekhusyukan. Doa-doa kami panjatkan. Tangis haru tumpah saat mulut kami bergetar menyebut nama para pejuang yang telah mendahului kita dalam kemuliaan.
“Ya Allah, dengan keberkahan para syuhada Uhud, jadikan kami bagian dari mereka yang mencintai Rasulullah dan agama-Mu dengan sepenuh hati. Jadikan kami umat yang istikamah di jalan-Mu, dan anugerahkan kepada kami pahala orang-orang yang ikhlas.”
Ziarah ke Jabal Uhud bukan sekadar kunjungan fisik ke sebuah gunung bersejarah di Madinah, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang menggugah hati dan menyentuh relung jiwa terdalam.
Langkah demi langkah di kawasan ini seolah membawa kita menelusuri jejak perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabatnya tentang keberanian, pengorbanan, dan keikhlasan yang tulus.
Ziarah ini menjadi panggilan bagi siapa pun yang mencintai Rasulullah, untuk merenungi makna sejati iman. Semoga kelak, kita pun termasuk golongan yang dicintai Nabi Muhamamd dan dipertemukan dengannya dalam cahaya rahmat Allah.
Citizen Reporter
Penulis Citizen Reporter
Jabal Uhud Bukit Cinta Syahid dan Keabadian
MAHLIZAR S Pd
Serambi Indonesia
Serambinews.com
Serambinews
| Menikmati Aneka Kuliner di Ampang, Kuala Lumpur |
|
|---|
| Summer University 2025: Sepucuk Surat Musim Panas dari Rusia |
|
|---|
| WCN 2025 Seoul: Panggung Dunia Neurologi dan Pesona Kota Cerdas Asia Timur |
|
|---|
| Merajut Sejarah, Menyulam Masa Depan: 437 Tahun Kota Meulaboh dan Pekan Kebudayaan Aceh Barat |
|
|---|
| Menyelami Keindahan Arsitektur dan Spiritual di Masjid Kristal Kuala Terengganu Malaysia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/MAHLIZAR.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.