Dr Boyke Bongkar Fenomena Lavender Marriage: Menikah untuk Menutupi Identitas Seksual

Ia menambahkan, beberapa orang yang sebenarnya gay atau biseksual memilih menikah untuk menyembunyikan identitas mereka.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Nurul Hayati
TAULANY TV
Menurut Dr Boyke, seorang pakar kesehatan reproduksi dan seksual, banyak pasangan menikah bukan karena cinta, melainkan untuk menutupi orientasi seksual yang tidak bisa terbuka di masyarakat. 

SERAMBINEWS.COM - Fenomena “lavender marriage” semakin mendapat sorotan di Indonesia.

Menurut Dr Boyke, seorang pakar kesehatan reproduksi dan seksual, banyak pasangan menikah bukan karena cinta, melainkan untuk menutupi orientasi seksual yang tidak bisa terbuka di masyarakat.

“Lavender marriage itu lebih kepada pernikahan ‘pura-pura’,” jelas Dr Boyke dalam video TikTok Klinik Pasutri dikutip Rabu (29/10/2025).

Ia menambahkan, beberapa orang yang sebenarnya gay atau biseksual memilih menikah untuk menyembunyikan identitas mereka.

Di Indonesia, lanjut Dr Boyke, orientasi seksual non-heteroseksual seperti gay, biseksual, lesbian, atau homoseksual masih sulit diterima secara sosial dan agama.

“Kalau di luar negeri, mereka bisa coming out, mengatakan ‘I’m gay’ dan itu diterima. Di sini tidak bisa. Sehingga mereka terpaksa menikah,” ujarnya.

Baca juga: ‘Dingin Seperti Kulkas’, Seksolog dr Boyke Jelaskan Istilah Frigidity: Impoten pada Wanita

Fenomena ini menimbulkan pernikahan yang terkadang tampak harmonis di luar, tetapi tidak mencerminkan perasaan asli kedua pihak. 

dr Boyke Ungkap Fakta: Pasangan Baru Disebut Infertil Jika Setahun Tak Juga Hamil

Banyak pasangan baru menikah sering merasa cemas ketika belum juga dikaruniai momongan setelah beberapa bulan bersama.

Namun, menurut dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang ginekolog sekaligus konsultan seks, ada batasan medis yang jelas sebelum pasangan dikategorikan mengalami infertilitas.

Baca juga: Terlalu Sering Makan Gorengan Bisa Ganggu Haid? Ini Penjelasan dr Boyke, Wanita Harus Tahu!

Dalam penjelasannya, dr Boyke menyebutkan bahwa secara medis, pasangan baru disebut infertil jika setelah satu tahun melakukan hubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi, belum juga terjadi kehamilan.

“Normalnya, sekitar 80 persen pasangan suami istri yang berhubungan seks teratur selama setahun akan mendapatkan kehamilan. Jadi, kalau sudah lewat setahun tanpa hasil, barulah pasangan itu masuk kategori infertil,” jelas dr Boyke dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube Kacamata dr Boyke, Rabu (3/9/2025).

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa infertilitas bukan hanya persoalan dari pihak istri, melainkan bisa berasal dari kedua belah pihak.

Data menunjukkan, sekitar 45 persen kasus disebabkan faktor suami, sedangkan 55 persen berasal dari faktor istri.

Penyebab Infertilitas pada Pasutri

Pada pria, masalah infertilitas biasanya dipicu oleh kualitas sperma yang rendah, jumlah sperma sedikit, atau pergerakan sperma yang lemah.

Sedangkan pada wanita, penyebab tersering adalah masalah ovulasi, gangguan saluran tuba, atau kelainan pada dinding rahim (endometrium).

“Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Infertilitas itu faktor bersama. Itu sebabnya, pemeriksaan medis harus dilakukan pada suami dan istri,” kata dr Boyke.

Pentingnya Pemeriksaan Dini

Menurutnya, pasangan yang sudah menikah lebih dari setahun tanpa hasil sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Beberapa tes yang biasanya dilakukan antara lain analisis sperma pada pria, serta pemeriksaan ovulasi, USG, dan patensi tuba pada wanita.

Dengan pemeriksaan dini, penyebab infertilitas bisa lebih cepat ditemukan, sehingga penanganan bisa dilakukan secara tepat.

Di samping faktor medis, dr Boyke juga menyoroti faktor psikologis yang tidak kalah penting.

Semakin stres dan tertekan karena ingin cepat hamil, justru peluang terjadinya ovulasi makin menurun.

“Jangan terlalu dibawa stres. Kadang pasangan yang santai dan tidak terlalu memikirkan cepat hamil justru lebih mudah mendapatkan kehamilan,” ungkapnya.

Ia juga mengingatkan agar pasangan menjaga pola hidup sehat dengan makan bergizi, olahraga rutin, cukup tidur, serta menghindari rokok dan begadang, demi meningkatkan peluang keberhasilan program hamil.

(Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved