Bansos Tidak Tepat Sasaran

Ini 39 Variabel yang Digunakan Petugas Saat Melakukan Ground Check DTSEN 

Untuk memastikan dan mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, kata Iin, ada 39 variabel yang digunakan petugas saat...

|
Penulis: Masrian Mizani | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBINEWS.COM/MASRIAN MIZANI
IIN SUPARDI - Plt Kepala Dinas Sosial Abdya, Iin Supardi. Ini 39 Variabel yang Digunakan Petugas Saat Melakukan Ground Check DTSEN.  

Laporan Masrian Mizani I Aceh Barat Daya 

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Data akurat dan valid sangat penting untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran kepada yang membutuhkan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta mendukung perumusan kebijakan sosial yang efektif dan responsif.

Hal itu disampaikan Plt Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Iin Supardi dalam wawancara eksklusif dengan Serambinews.com, Jumat (19/9/2025) diruang kerjanya.

Menurutnya, kesalahan data dapat menyebabkan bantuan disalahgunakan, masyarakat yang berhak tidak menerima bantuan, atau penerima yang tidak layak justru mendapatkannya. 

Menjawab persoalan tersebut, kata Iin, Pemerintah Abdya di bawah kepemimpinan Bupati Safaruddin dan Wabup Zaman Akli telah menginstruksikan kepada seluruh Camat dan Keuchik agar berperan aktif dalam melakukan update dan pemutakhiran Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) guna memastikan bantuan sosial tepat sasaran. 

Untuk memastikan dan mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, kata Iin, ada 39 variabel yang digunakan petugas saat melakukan ground check atau proses verifikasi DTSEN di lapangan.

"Proses ini bertujuan untuk memvalidasi data, seperti data penerima bantuan sosial, atau untuk membandingkan hasil interpretasi citra dengan kondisi riil di lapangan," ujarnya.

Iin menyebutkan, Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) memperkuat komitmennya dalam memastikan ketepatan data penerima bansos melalui DTSEN dengan mengumpulkan 39 variabel penting yang terbagi ke dalam dua kategori besar, yaitu variabel individu dan variabel keluarga.

Ia menjelaskan, dan 13 variabel individu yang dikumpulkan untuk memberikan gambaran jelas kondisi setiap anggota keluarga, di antaranya: 1-6. Identitas individu, 7. Status hubungan keluarga, 8. Status perkawinan, 9. Pendidikan 10. Pekerjaan, 11. Kepemilikan usaha, 12. Disabilitas, 13. Riwayat penyakit kronis.

"Data ini penting untuk mengetahui profil dasar seseorang, termasuk akses mereka terhadap pendidikan, pekerjaan, hingga kesehatan," terangnya.

Sementara 26 variabel keluarga, sambung Iin, meliputi 1-12. Identitas keluarga dan wilayah, 13. Keluarga dalam rumah, 14. Status kepemilikan rumah, 15. Jenis lantai terluas, 16. Jenis diding terluas, 17. Jenis atap terluas, 18. Sumber air minum utama, 19. sumber penerangan utama, 20. Daya listrik terpasang, 21. ID meteran PLN, 22. Bahan bakar utama memasak, 23. Fasilitas BAB, 24. Jenis kloset, 25. Pembuangan air tinja, dan 26. Kepemilikan aset.

kepemilikan aset ini, sebut Iin, terdiri atas beberapa hal, yaitu aset bergerak: tabung gas, lemari es, AC, pemanas air, telepon rumah, TV datar, emas perhiasan, computer/laptop/tablet, sepeda motor, sepeda, mobil, perahu, kapal perahu motor, dan smartphone.

Sementara aset tidak bergerak, sambung Iin, yaitu sawah kebun, lahan lainnya, dan rumah lainnya. Sementara ternak, meliputi ternak besar (sapi, kerbau, kuda) dan ternak kecil (kambing, domba, dan sejenisnya).

Baca juga: RTIK Abdya: Bukan hanya Bansos, Judi Online juga Ancam Generasi Muda

Iin menerangkan, pemberian bansos ini juga dinilai sesuai desil (pembagian kelompok masyarakat berdasarkan tingkat kesejahteraan, dari yang paling miskin sampai yang paling sejahtera).

"Ada 10 desil yang dinilai, yaitu: 1. sangat miskin, 2. Miskin, 3. Hampir miskin, 4. Rentan Miskin, 5. Pas-pasan. Sedangkan 6-10. Menengah ke atas (tidak prioritas bansos)," ujarnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved