Banda Aceh

Yayasan Asyraf Aceh Luncurkan Buku “Teungku Anjong” Karya Sayed Murthada

Buku setebal 67 halaman ini mengangkat kisah Teungku Anjong, atau Sayid Abu Bakar bin Husen bin Umar Balfaqih, dengan fokus...

Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
BUKU TEUNGKU ANJONG - Ketua Yayasan Asyraf Aceh Darussalam Sayed Murthada bin Badruddin Al-Aydrus memaparkan kisah Teungku Anjong sebagaimana yang ditulis dalam bukunya, di Tambo Kupi, Peurada, Banda Aceh, pada Rabu (24/9/2025). 

Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Yayasan Asyraf Aceh Darussalam resmi meluncurkan buku berjudul Teungku Anjong karya Sayed Murthada bin Badruddin Al-Aydrus, yang juga menjabat sebagai Ketua Asyraf. Peluncuran berlangsung di Tambo Kupi, Peurada, Banda Aceh, pada Rabu (24/9/2025).

Buku setebal 67 halaman ini mengangkat kisah Teungku Anjong, atau Sayid Abu Bakar bin Husen bin Umar Balfaqih, dengan fokus pada asal-usul, peranan, dan kontribusinya dalam sejarah Kesultanan Aceh. Hingga kini, belum banyak kajian komprehensif yang menelusuri latar belakang kehidupan serta warisan intelektual dan spiritual beliau.

Menurut Sayed Murthada, nama “Teungku Anjong” disematkan karena beliau kerap menyendiri di sebuah ruangan khusus untuk menjauhkan diri dari urusan dunia dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam tradisi rumah adat Aceh, “anjong” merujuk pada ruang di sisi kanan dan kiri serambi belakang rumah.

Meski saat ini banyak yang menyebut beliau sebagai “Teungku Dianjong”, penulis memilih menggunakan sebutan “Teungku Anjong” berdasarkan sejumlah literatur yang menyebut laqab beliau demikian. Hal ini disampaikan Sayed Murthada saat menjawab pertanyaan dari TA Sakti, seorang tokoh sejarah dan budaya yang turut hadir dalam diskusi bedah buku tersebut.

Baca juga: Bedah Buku “Jalan Reintegrasi Gerilyawan GAM”, Ketua BRA Tekankan Pentingnya Pendidikan

Teungku Anjong dikenal meninggalkan warisan yang luas, baik dalam bentuk intelektual, spiritual, maupun materi. Penelusuran menunjukkan bahwa tanah wakaf peninggalan beliau tersebar di dua wilayah, yakni Kota Banda Aceh dan Kabupaten Pidie.

Beliau wafat pada tahun 1196 Hijriah atau 1782 Masehi. Namun, hingga kini belum ditemukan data sahih mengenai tahun kelahirannya.

Peluncuran buku ini dihadiri oleh puluhan peminat sejarah dan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Di tengah kesibukannya menyusun disertasi untuk meraih gelar doktor di salah satu universitas terkemuka di Tiongkok, Sayed Murthada mendapat banyak apresiasi atas dedikasinya dalam menulis buku ini.

Yayasan Asyraf Aceh Darussalam merupakan lembaga penelitian, pendataan, dan pengkajian sejarah serta nasab keluarga Habaib Aceh.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved