Berita Banda Aceh

"Ileh" dan Kakap Putih Jadi Potensi Besar Aceh, Tapi Minim Perhatian Pemerintah 

Perairan Aceh masih menjadi "rumah" bagi sidat (anguilla spp) atau dalam bahasa Aceh disebut Ileh, dan baramundi/kakap putih (lates calcarifer)

Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
Masady Manggeng, tokoh muda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Perairan Aceh masih menjadi "rumah" bagi sidat (anguilla spp) atau dalam bahasa Aceh disebut Ileh, dan baramundi/kakap putih (lates calcarifer).

Kedua komoditas ini memiliki daya saing di pasar domestik maupun ekspor, namun hingga kini masih kalah perhatian dibandingkan program budidaya nila dan lele.

Masady Manggeng, tokoh muda Aceh yang juga politikus PDIP mengungkapkan, data Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh menujukkan produksi ikan nila hasil budidaya pada tahun 2022 mencapai 16.810 ton, sementara tahun 2023 masih mencatat 9.626 ton. 

Angka tersebut menunjukkan fokus kuat pemerintah daerah terhadap komoditas berproduksi cepat, tetapi nilainya relatif rendah di pasar, hanya sekitar Rp25.000–35.000/Kg. 

Sebaliknya, berbagai laporan pasar perikanan mencatat harga sidat ekspor bisa menembus Rp200.000–Rp400.000/Kg, sementara baramundi di pasar domestik premium stabil di kisaran Rp70.000–Rp 120.000/Kg.

"Dari sisi ketersediaan bibit, penelitian Universitas Malikussaleh menemukan populasi bibit sidat di sungai-sungai pesisir Aceh Utara, terutama pada fase glass eel," sebutnya, Sabtu (4/10/2025).

Baca juga: Wujudkan Cluster Budi Daya Ikan, Diskan Aceh Singkil Salurkan Ribuan Bibit Kakap Putih

Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui program nasional telah menyalurkan benih kakap putih ke wilayah Simeulue, Aceh Timur, dan Aceh Barat Daya (Abdya). 

Sejumlah kelompok pembudidaya di Aceh Singkil dan Aceh Utara bahkan sudah berhasil melakukan pendederan hingga pembesaran baramundi, menunjukkan potensi pengembangan yang nyata di lapangan.

Dari aspek ekonomi dan konsumsi, data akademis menyebut konsumsi sidat di Aceh diperkirakan mencapai 22 ton per tahun, sementara permintaan baramundi di pasar restoran premium terus meningkat. 

"Fakta ini memperlihatkan bahwa minat pasar terhadap kedua komoditas tersebut jauh lebih tinggi dibanding nila dan lele yang selama ini lebih banyak diproduksi untuk konsumsi harian masyarakat," terangnya.

Namun, hingga kini Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh dinilai masih minim inovasi dalam merancang program budidaya. 

Baca juga: Pj Bupati Aceh Besar dan GM PT SBA Tanam 3000 Pohon Mangrove dan Lepas 2000 Benih Kakap Putih

Fokus yang berulang pada nila dan lele menunjukkan pola program yang monoton. 

Lebih dari itu, sambung Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Indonesia (Himitekindo) 2007-2009 ini, pembinaan terhadap pembudidaya sidat dan baramundi juga sangat terbatas. 

Padahal, menurut berbagai penelitian lapangan, pembinaan teknis, pendampingan manajemen kualitas air, serta dukungan akses pemasaran sangat dibutuhkan agar sidat dan baramundi bisa berkembang menjadi industri yang berdaya saing.

Kepmen KP Nomor 118/2021 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Sidat juga secara jelas menegaskan pentingnya pengelolaan sidat berkelanjutan, termasuk habitat di Aceh

"Jika kebijakan daerah tidak segera berinovasi dan menghadirkan pembinaan nyata, peluang emas ini akan terus terbuang," imbuh putra kelahiran Abdya ini.

Selain memberi nilai tambah ekonomi, tambah Masady, pengembangan sidat dan baramundi juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pesisir dan pedalaman Aceh. 

Baca juga: Dealer Toyota di Aceh Gelar Kontes Menggambar Mobil Masa Depan

Dari rantai penangkapan benih, pendederan, pembesaran hingga pengolahan, sektor ini bisa menyerap banyak tenaga kerja lokal. 

Hal ini relevan dengan kondisi Aceh, di mana tingkat pengangguran terbuka masih lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.

"Dengan basis alam yang sudah mendukung, pasar yang siap menyerap, serta dukungan regulasi, Aceh sebenarnya memiliki modal kuat untuk menjadi sentra sidat dan baramundi di Indonesia, bahkan Asia," terangnya.

Namun, hal itu hanya bisa terwujud bila pemerintah daerah berani mengubah arah program, menghadirkan inovasi, dan memperkuat pembinaan pembudidaya.(*)

Baca juga: 8 Prompt Gemini AI Ubah Foto Jadi Catchy Ala Potret Fashion Editorial, Tema Kafe Eropa Hingga Studio

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved