Breaking News

Pemuka Kristen, Katolik dan Buddha di Lhokseumawe Tersinggung atas Tudingan Aceh Intoleran

Rasa aman dan nyaman tinggal di bekas Kota Petro Dollar juga diungkapkan oleh Ruslie, Ketua Dewan Pastoral Gereja Stasi Katolik Santo Mikael

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Pengurus FKUB Aceh berfoto di depan Vihara Tirta Lhokseumawe 

“Di lantai atas gedung TK dan SD ini kami sediakan mushalla sebagai tempat ibadah bagi pelajar dan guru dari kalangan Islam,” ungkap Ruslie.

Baca juga: Pengembalian Uang Terkait Kasus Kuota Haji Hampir Rp100 Miliar, Ketua KPK Ungkap Penetapan Tersangka

Baca juga: Meteor Jatuh di Cirebon, Terdengar Dentuman Keras, Kaca Rumah Bergetar, Peneliti BRIN: Meteor Besar

Vihara Buddha 1976

Pengakuan yang sama juga disampaikan oleh Eddy, Ketua Yayasan Vihara Buddha Tirta Kota Lhokseumawe.

Eddy merasa tersinggung atas tudingan Kota Lhokseumawe tidak toleran. 

Menurut Eddy, masyarakat Aceh, khususnya Lhokseumawe, sangat ramah dan toleran terhadap penganut agama selain Islam.

“Kehidupan antaragama di Lhokseumawe sangat harmonis. Yang menyebut Kota Lhokseumawe tidak toleran mungkin tidak pernah kemari,” ujar Eddy.

Eddy menceritakan, Vihara Buddha Tirta di Kota Lhokseumawe didirikan pada tahun 1976. Lalu dilakukan rehabilitasi pada tahun 2019.

Disebutkan, luas lahan vihara adalah 1.750 meter, dan luas bangunan 28 x 40 meter. 

Sementara jumlah umat Buddha di Lhokseumawe adalah 350 KK atau sekitar 1.200 jiwa.

Pengurus FKUB Aceh yang ikut kegiatan “Kunjungan Kerukunan 2025” ke Kota Lhokseumawe adalah Paini (Hindu), Baron Ferryson Pandiangan (Katolik), Idaman Sembiring (Kristen), Yuswar (Buddha).

Dari unsur Islam tampak hadir antara lain H A Hamid Zein, Prof Dr Tgk H Damanhuri Basyir Tgk H Abdullah Usman, Tgk Irawan Abdullah, Cut Intan Arifah, Nurdin AR, Muhammad Nas, dan Suardi Saidi.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved