Breaking News

Opini

Infrastruktur Pariwisata Bernapaskan Syariat untuk Kemakmuran Aceh

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat, sebelum pandemi, kunjungan wisatawan mancanegara ke Aceh pada 2019 mencapai sekitar

Editor: Ansari Hasyim
IST
Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh. 

Namun, semua infrastruktur ini akan sia-sia tanpa dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Program pelatihan bagi pemandu wisata, pelaku usaha hotel dan restoran, serta sopir taksi online harus menginternalisasi nilai-nilai syariat Islam. Keramahan tamu (ihsan) yang diajarkan dalam Islam harus menjadi brand service masyarakat Aceh. Pelatihan bahasa asing, khususnya Arab dan Inggris, juga penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan SDM yang mumpuni dan berakhlak, citra Aceh sebagai destinasi yang aman, nyaman, dan berbudaya akan terpancar kuat.

Dampak Berantai: Dari PAD Hingga Kesejahteraan Rakyat

Dampak dari strategi ini bersifat multidimensional. Peningkatan kunjungan wisatawan langsung akan menaikkan PAD. Dana ini dapat dialokasikan kembali untuk pembangunan infrastruktur yang lebih baik, pendidikan, dan kesehatan, menciptakan siklus yang positif.

Di sektor ketenagakerjaan, pengembangan pariwisata yang masif akan menyerap tenaga kerja, dari yang terampil hingga tenaga kasar. Berdasarkan perhitungan Kemenparekraf, setiap 1 kamar hotel dapat menyerap 1-2 tenaga kerja langsung dan 2-3 tenaga kerja tidak langsung. Lapangan kerja yang terbuka akan mengurangi angka pengangguran di Aceh, yang menurut BPS Aceh pada Agustus 2023 sebesar 5,26 % , masih di atas rata-rata nasional.

Yang tak kalah penting, penguatan sektor ekonomi secara keseluruhan. Pariwisata akan mendorong permintaan terhadap produk pertanian lokal (untuk supply restoran), kerajinan tangan, dan jasa transportasi, memberdayakan ekonomi rakyat di sepanjang rantai pasok.

Visioner dan Berani

Aceh berdiri di persimpangan zaman. Di satu sisi, ia memegang teguh identitas keislamannya, di sisi lain, ia ditantang untuk berbenah mengejar ketertinggalan. Keduanya bukanlah opsi yang bertolak belakang, melainkan dua sisi mata uang yang sama. Dengan membangun infrastruktur ekonomi yang cerdas yang tidak hanya memperkuat konektivitas fisik dan digital, tetapi juga menjadikan syariat Islam sebagai nilai tambah dan pembeda Aceh tidak sekadar mengejar kunjungan wisatawan.

Aceh sedang membangun sebuah model pariwisata berkelanjutan yang bermartabat, sebuah destinasi yang menawarkan bukan hanya keindahan alam, tetapi juga kedamaian spiritual dan kenyamanan yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Saatnya Aceh menulis babak baru: menjadi Serambi Mekkah yang makmur, bukan hanya sebagai simbol sejarah, tetapi sebagai destinasi masa depan yang kompetitif dan memesona.

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved