Breaking News

Opini

Dari Meunasah ke Meja Makan, Menyatukan Sosial, Perilaku, Lingkungan, & Gizi demi Generasi Sehat

Meunasah bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang kolektif di mana masyarakat berkumpul untuk saling berbagi pengetahuan, membersihkan lingkungan

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS
Novasari, Mahasiswa S2 Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran  USK 

Oleh: Elviani Novasari, Mahasiswa S2 Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran  USK

MEUNASAH adalah istilah khas dalam budaya Aceh yang merujuk pada surau kecil atau balai pertemuan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sosial, pendidikan/edukasi dan musyawarah masyarakat di tingkat gampong (desa) di Aceh, mewujudkan nilai-nilai gotong royong, religiositas, dan kearifan lokal yang telah diwarisi turun-temurun. Perannya tidak hanya terbatas pada ranah spiritual, tetapi merambat ke aspek sosial dan lingkungan, yang pada gilirannya memengaruhi pola gizi masyarakat.

Meunasah bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang kolektif di mana masyarakat berkumpul untuk saling berbagi pengetahuan, membersihkan lingkungan, serta mempererat solidaritas. Tradisi seperti meugang (memasak dan membagikan daging) saat Ramadhan tidak hanya mempererat ikatan sosial, tetapi juga memperkaya meja makan dengan kandungan protein yang penting. Meski demikian, perlu dioptimalkan agar lebih bergizi, misalnya dengan memasukkan sayuran lokal ke dalam hidangan asli meugang.
 
Judul “Dari Meunasah  ke Meja Makan” merefleksikan  hubungan  yang  mendalam  antara aktivitas kolektif sosial dan lingkungan di sekitar meunasah dengan konsumsi pangan dan kualitas gizi  keluarga Aceh. Di  tengah  tantangan  modern seperti  urbanisasi,  perubahan perilaku,  gaya hidup, dan penyusutan konsumsi sayur dan buah kearifan lokal yang tumbuh dari interaksi sosial ini menjadi titik tumpu bagi penguatan kualitas hidup masyarakat.

Gotong royong membersihkan meunasah dan lingkungan sekitarnya pun merupakan bentuk nyata keterlibatan sosial dalam menjaga kebersihan ruang publik, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan masyarakat. Kebersihan ini secara tak langsung mengurangi risiko penyakit menular, sehingga berkontribusi terhadap perbaikan status gizi, terutama pada anak dan lansia.

Aceh memiliki beragam kearifan lokal berbasis tradisi pertanian dan perikanan yang ramah lingkungan. Sistem huma modern dengan istirahat lahan dan terasering di perbukitan membantu  menjaga kesuburan  tanah  dan  mencegah  erosi,  sedangkan  penggunaan  pupuk organik menekan penggunaan kimia berbahaya. Komunitas urban farming di Banda Aceh,  mempraktikkan pengelolaan pupuk kompos, berbagi bibit, dan menanam sayuran di atap atau pekarangan sempit

Di pesisir, Hukum Adat Laot mengatur pemanfaatan laut secara berkelanjutan, termasuk pengelolaan mangrove dan  aturan  adat  yang  menjaga keberlanjutan  ekosistem  perikanan lokal. Semua praktik ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai sosial dan lingkungan diintegrasikan ke dalam sistem ketahanan pangan lokal. Yang sangat berkesinambungan dengan program peunurunan angka balita gizi kurang.

Stunting di Aceh bukan sekadar perkara “anak kurang makan”. tetapi cerminan dari jejaring faktor yang saling berkaitan: perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kualitas lingkungan permukiman (air, sanitasi, dan higiene/WASH), pola asuh dan praktik makan, hingga akses layanan kesehatan. Data terakhir prevalensi  stunting  provinsi Aceh sangat tinggi, tercatat  31,2 persen (2022). Angka ini memang membaik dibanding 33,2 persen pada 2021. Situasi ini menegaskan bahwa langkah Kolaborasi dengan lembaga kesehatan: seperti melakukan penyuluhan gizi, pemeriksaan status gizi, dan kampanye lingkungan bersih dapat dijadikan   pendekatan   multipihak untuk   menguatkan   kesadaran   gizi   sosial lingkungan.

persoalan  gizi, perilaku, dan lingkungan bukan hanya sebatas garis lurus, melainkan serangkaian mata rantai. 
Dengan membiasakan diri untuk mencuci tangan pakai sabun pada lima momen/ WASH (sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan/menyuapi anak, setelah BABS, setelah membersihkan anak BAB, dan setelah dari toilet) menurunkan risiko diare dan infeksi cacing. Ini mengurangi kehilangan energi dan mikronutrien serta risiko Environmental Enteric Dysfunction (EED). Kualitas air dan sanitasi yang baik , air minum yang diolah benar (rebus/klorinasi/penyaringan), dan pengelolaan tinja yang aman memutus transmisi patogen fekal-oral. 

Lingkungan sekolah/dayah membentuk perilaku kolektif

Dimana ketersediaan air dan jamban bersih terpisah laki-laki–perempuan, dan fasilitas cuci tangan di sekolah/dayah memperkuat habit higienitas remaja yang akan menjadi orang tua masa depan. Ketika remaja putri bebas anemia dan berpengetahuan gizi, risiko bayi lahir kecil dan stunting menurun.

Di saat yang sama, riset besar tingkat komunitas seperti WASH Benefits di Bangladesh/Kenya dan SHINE di Zimbabwe memberi pelajaran penting: intervensi WASH dasar yang diberikan sendiri-sendiri sering tidak cukup kuat untuk mendorong tumbuh kejar. Namun, interpretasi para peneliti menekankan bahwa kualitas, intensitas, dan cakupan WASH beserta perubahan perilaku yang konsisten akan memperbaiki peluang tumbuh. Artinya, dengan kata lain, WASH yang kuat + perubahan perilaku + intervensi gizi komprehensif adalah kombinasi yang paling masuk akal untuk menurunkan stunting.

Aceh punya semua modal untuk mencapai  “zero stunting”, mulai dari institusi adat dan agama yang kuat, jejaring dayah dan meunasah, tenaga kesehatan dan kader yang berdedikasi, serta data yang semakin baik. Dengan bermodalkan hal tersebut, gerak turun stunting Aceh bukan lagi “setengah hati”, melainkan lompatan yang terasa di setiap gampong; dari meunasah ke meja makan, dari perilaku ke pertumbuhan, dari lingkungan yang sehat ke generasi yang cerdas.

Dari judul diatas, menggambarkan betapa eratnya hubungan antara nilai sosial, Perilaku dan lingkungan dengan kesejahteraan gizi masyarakat. Meunasah mengakar dalam budaya Aceh  sebagai  pusat  solidaritas dan  aksi  kolektif dari  membersihkan  lingkungan  hingga berbagi makanan.

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved