Banda Aceh

Bisnis Kuliner di Aceh Kian Tumbuh, Jadi Penopang Ekonomi

Salah satu sektor yang tumbuh pesat adalah industri kuliner, yang tidak hanya mencerminkan kekayaan cita rasa lokal, tetapi juga menjadi...

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
Foto/Aceh Tourism
MI LOBSTER - Mi Aceh Lobster menjadi salah satu kuliner Aceh. Bisnis Kuliner di Aceh Kian Tumbuh, Jadi Penopang Ekonomi. 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Di tengah tantangan ekonomi yang masih membayangi, Aceh mulai membuka diri terhadap peluang investasi baru. 

Salah satu sektor yang tumbuh pesat adalah industri kuliner, yang tidak hanya mencerminkan kekayaan cita rasa lokal, tetapi juga menjadi jembatan antara pelaku usaha daerah dan mitra global.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah brand kuliner dan outlet lokal terus bertambah di berbagai sudut kota.

Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh, realisasi investasi hingga triwulan II tahun 2025 mencapai Rp3,58 triliun, menempatkan Aceh di posisi ke-28 dari 38 provinsi di Indonesia. 

Dari total tersebut, penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih mendominasi hingga 96,77 persen. Sektor waralaba makanan menempati posisi keempat terbesar dengan nilai Rp326 miliar atau sekitar 15,6 persen. 

Bagi Pemerintah Kota Banda Aceh, tren ini menjadi sinyal positif dalam memperkuat fondasi ekonomi lokal. 
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pihak agar kota ini semakin terbuka terhadap peluang investasi. 

Sektor kuliner menjadi salah satu magnet utama pertumbuhan investasi di Banda Aceh. Tren ini terlihat dari semakin maraknya kehadiran berbagai brand dan usaha kuliner, termasuk yang berskala multinasional. 

“Kita juga harus berkolaborasi bersama-sama untuk mendatangkan investasi dari luar. Artinya, kota ini harus bisa lebih terbuka ke depan dan membuat orang nyaman supaya mau berinvestasi di Banda Aceh. Itulah yang sedang kita perjuangkan,” ungkap Illiza kepada media.

“Kalau kita lihat di bidang kuliner (restoran), investasinya terus meningkat. Jadi pilihan orang untuk berinvestasi di bidang kuliner ini semakin bertambah,” tambahnya. 

Meski menunjukkan tren positif, Aceh masih menghadapi tantangan ekonomi yang besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, tingkat kemiskinan pada Februari 2025 tercatat 14,45 persen, dengan lebih dari 800 ribu penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. 

Jumlah pengangguran juga meningkat menjadi 149 ribu orang, menandakan masih terbatasnya lapangan kerja produktif di sektor formal. 

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Malikussaleh (Unimal), Masriadi Sambo, menyebut Aceh kini tercatat sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatera. 

“Angka pengangguran 149.000 penduduk per Februari 2025 terus meningkat dari tahun ke tahun,” ungkapnya. 

Kondisi ini diperburuk dengan melemahnya daya beli masyarakat, yang menyebabkan banyak sektor ekonomi tertekan. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved