Berita Aceh Barat

Khanduri Laot di Aceh Barat, Nelayan Berdoa dan Berkomitmen Jaga Kelestarian Laut

Khanduri Laot (kenduri laut) digelar para nelayan di kawasan Suak Seumaseh, Suak Geudeubang, dan Suak Pante Breuh, Kecamatan Samatiga

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
KHANDURI LAOT - Para nelayan bersama anak-anak yatim saat mengikuti kenduri laut di TPI Kuala Suak Seumaseh, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, Sabtu (1/11/2025) 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Sa’dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, ACEH BARAT - Suasana penuh khidmat dan kebersamaan mewarnai pelaksanaan Khanduri Laot (kenduri laut) yang digelar para nelayan di kawasan Suak Seumaseh, Suak Geudeubang, dan Suak Pante Breuh, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat, pada Sabtu (1/11/2025). 

Sementara acara yang berlangsung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kuala Suak Seumaseh tersebut, ikut dihadiri para nelayan beserta masyarakat sekitar dan tokoh masyarakat.

Kegiatan adat tahunan ini diawali dengan zikir dan doa bersama, disertai penyantunan anak yatim dari desa-desa sekitar. 

Melalui tradisi ini, para nelayan memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi rezeki yang melimpah, keselamatan di laut, serta kesehatan untuk terus mencari nafkah dan beribadah.

Panglima Laot Kabupaten Aceh Barat, Amiruddin, kepada Serambinews.com, Minggu (2/11/2025), menjelaskan bahwa Khanduri Laot bukan sekadar tradisi turun-temurun, melainkan juga bentuk penguatan adat dan hukum laut yang mengatur tata cara penangkapan ikan.

“Kegiatan ini menjadi momen bagi kita semua untuk memperkuat hukum adat melaut dan menegaskan pentingnya menjaga kelestarian laut. 

Nelayan harus menjauhi praktek penangkapan ikan yang merusak ekosistem,” ujar Amiruddin.

Baca juga: Aceh Barat Terapkan Aturan Tegas, Buang Sampah Sembarangan Didenda Rp 300 Ribu

Ia menambahkan, masyarakat nelayan di wilayah tersebut sangat antusias dan tetap berkomitmen untuk menjaga laut agar tetap lestari, karena laut adalah sumber kehidupan utama mereka.

Dalam kegiatan ini, para nelayan juga mengundang akademisi dari Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh.

Kehadiran pihak kampus diharapkan dapat memberikan pendampingan ilmiah dan solusi praktis terkait cara penangkapan ikan yang efektif namun tetap ramah lingkungan.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan para nelayan dapat meningkatkan hasil tangkapan tanpa harus merusak ekosistem laut. 

Akademisi UTU turut meninjau langsung kondisi perairan dan pola penangkapan di kawasan Samatiga untuk memberikan rekomendasi terbaik bagi keberlanjutan sumber daya laut.

Baca juga: Lestarikan Tradisi Lokal, Nelayan Jaboi Sabang Gelar Khanduri Laot 

Amiruddin juga menegaskan, bagi siapa pun yang kedapatan melakukan penangkapan ikan secara tidak ramah lingkungan, seperti menggunakan bahan peledak atau racun ikan, akan dikenai hukuman adat laut yang cukup berat. 

Hal ini menjadi bagian dari upaya masyarakat nelayan menjaga keberlangsungan hidup mereka di masa depan.

Komitmen menjaga adat

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved