Berita Subulussalam
Banyak Kendaraan Jatuh, Ini Kisah Tanjakan Kedabuhan di Subulussalam
Sayangnya pemisahan jalur tidak mengurangi kecuraman tanjakan. Sehingga kendaraan bermuatan berat sering kehabisan tenaga saat menanjak.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Mursal Ismail
Ringkasan Berita:
- Tanjakan Kedabuhan di Desa Jontor, Subulussalam, dikenal curam dan sering menyebabkan kendaraan, terutama truk bermuatan berat, jatuh ke jurang akibat gagal menanjak.
- Jalan ini merupakan rute utama Aceh–Sumut, namun belum dilengkapi lampu penerangan, membuat kondisi makin berbahaya saat malam hari.
- Konten kreator lokal seperti Jhony Koboi meminta pemerintah memasang lampu jalan demi keselamatan dan mendukung aktivitas ekonomi kreatif di lokasi tersebut.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Tanjakan Kedabuhan di Desa Jontor, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, acap memakan korban.
Akhir Oktober lalu, secara beruntun truk masuk jurang akibat gagal menanjak.
Berdasarkan pantauan Serambinews.com (Serambi Indonesia), Senin (3/11/2025) tanjakan Kedabuhan sangat terjal.
Jalan di kawasan itu sudah dibagi dua jalur untuk memisahkan arus kendaraan dari dua arah.
Sayangnya pemisahan jalur tidak mengurangi kecuraman tanjakan. Sehingga kendaraan bermuatan berat sering kehabisan tenaga saat menanjak.
Nahasnya jika melintas pada malam hari, tanjakan curam belum dilengkapi lampu penerang jalan.
Baca juga: Dua Kecamatan di Subulussalam Sangat Lembap, Ini Pengaruhnya ke Tubuh
Kondisi itu memperparah keadaan. Padahal tanjakan Kedabuhan merupakan satu-satunya jalan lintas Aceh-Sumatera Utara.
Jalan itu merupakan urat nadi perekonomian antar provinsi di Barat Selatan Aceh, menuju Medan.
Kedabuhan memiliki arti jatuh atau jatuhkan. Arti nama itu dikaitkan dengan peristiwa acap jatuhnya kendaraan ke jurang yang ada di sisi tanjakan.
Jhony Koboi salah satu konten kreator tanjakan Kedabuhan, memiliki kisah tersendiri tentang tanjakan Kedabuhan.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, pada era tahun 60 sampai 70-an, warga sangat kesulitan melintas di jalan Kedabuhan.
Karena berupa turuna curam dari arah Kota Subulussalam menuju Medan dan sebaliknya, berupa tanjakan terjal dari arah Medan ke Subulussalam.
Baca juga: Viral, Aksi Pesta Tuak Pekerja Sawit di Subulussalam, Anggota DPRK: Cederai Syariat Islam
Saat melintas warga harus menjatuhkan dulu barang yang dibawanya ke bawah. Hal itu dilakukan agar bisa menuruni jalan yang curam.
Dari situlah jalan yang di sekitarnya dipenuhi pohon besar itu, namakan Kedabuhan.
| Pria di Subulussalam Sulit Poligami, Populasinya Dominan, Ini Datanya |
|
|---|
| 40 Hektare Disiapkan untuk Bangun Batalyon Di Sultan Daulat Subulussalam |
|
|---|
| Mengenal Subulussalam, Kota Terluas di Aceh, Namanya Ditabalkan Ali Hasyimi |
|
|---|
| Humas Polres Subulussalam Gelar Donor Darah |
|
|---|
| Insiden Tanjakan Kedabuhan, Polantas Subulussalam Ungkap Penyebab Truk Pengangkut Bata Masuk Jurang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.