Aksi Begal di Aceh Tamiang

Gelap dan Sunyi Picu Aksi Begal di Tenggulun, Warga Minta Penerangan Jalan

Warga Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang, resah akibat maraknya aksi begal di jalan gelap dan sunyi antara Pulautiga dan Simpangkiri.

|
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Serambi Indonesia
JALANAN SEPI - Kondisi jalan menuju Simpangkiri, Tenggulun, Aceh Tamiang terlihat sepi karena membelah HGU perkebunan kelapa sawit. Masyarakat meminta pemerintah memasang penerangan jalan untuk mencegah aksi begal. 
Ringkasan Berita:
  • Warga Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang, resah akibat maraknya aksi begal di jalan gelap dan sunyi antara Pulautiga dan Simpangkiri. 
  • Kawasan ini minim penerangan dan jauh dari permukiman, sehingga rawan kejahatan. 
  • Warga meminta pemerintah segera memasang lampu jalan di titik-titik rawan demi keamanan.

 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Kondisi jalan gelap dan sunyi di sepanjang persimpangan Pulautiga ke Simpangkiri, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang, menjadi salah satu penyebab munculnya kawanan begal.

Jalur yang dikelilingi Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit ini merupakan akses utama masyarakat hulu berinteraksi dengan daerah lain.

Melihat jauhnya jarak permukiman penduduk di wilayah tersebut menyebabkan beberapa titik jalan terlalu sunyi untuk dilewati pada malam hari. 

Kondisi ini diperparah dengan jalan berlubang pada beberapa titik.

“Sudah pernah kejadian, karena ketakutan dikejar begal sampai jatuh kereta (sepeda motor) suami istri,” kata Yanti (32), warga Simpangkiri yang juga sempat nyaris menjadi korban pembegalan, Senin (10/11/2025).

Yanti mengakui, keberadaan begal ini sulit terdeteksi karena biasanya bersembunyi di balik jalan berbukit. 

Baca juga: Bukan Begal, Ternyata Ini Dugaan ASN Diskominsa Aceh Alami Luka Berat di Neusu

Sejauh ini, cerita dia, pelaku diyakini dua laki-laki berboncengan sepeda motor.

“Dari jauh tidak kelihatan karena mereka sembunyi di jalan turunan, begitu dekat langsung disergap,” kata Yanti.

Pada kesempatan itu, dia berharap pemerintah bersedia meningkatkan fasilitas penerangan di sepanjang jalan. 

“Kalau pun anggarannya tidak cukup, paling tidak di tepat-tempat bahaya saja diterangi, kayak manapun kami harus melewati jalan itu kalau ada keperluan,” ungkap Yanti.

Sebagai contoh, secara berkala dia rutin ke Kota Kualasimpang yang berjarak kurang lebih 30 kilometer dari rumahnya untuk belanja keperluan tokonya. 

Baca juga: Nasib Pilu Repan, Remaja Baduy Dibacok Begal di Jakarta, Uang Rp 3 Juta Raib hingga Ditolak RS

Biasanya dia pergi sebelum Magrib dan kembali pulang menjelang Isya.

“Dulu aman, tapi akhir-akhir ini kami gak berani keluar malam,” ucapnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved